بسم اللّه
الرّ حمن الرّ حيم
Mujahadatunnafs,
Amal sholeh Iqomatuddien
( Pesan-pesan
Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah )
Pentingnya Beramal Sholeh
Pengantar
Jihad di jalan Allah adalah salah satu ibadah yang sangat dicintai
oleh Allah Azza wa Jalla dan pahalanya
tidak bisa ditandingi dengan amal ibadah lainnya. Tapi, sebagaimana disampaikan
oleh Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah, tidak ada ibadah yang lebih berat dirasakan oleh jiwa ini melebihi ibadah jihad, setelah beliau jalani segala
jenis ibadah yang dituntunkan syariat yang agung ini.
Oleh karena itu, agar Allah Ta’ala berkenan memberikan rahmat, taufik,
hidayah dan pertolongan-Nya kepada kita, sehingga menjadikan kita mampu
menapaki jalan jihad ini dan mampu bersabar di atas segala konsekuensi logis
yang mungkin terjadi hingga akhir hayat kita, maka setiap muslim wajib
mempersiapkan diri dengan iman, ikhlas, mutaba’ah dan sabar serta berhubungan
dengan Allah Azza wa Jalla sedekat-dekatnya.
Sebab bila tidak demikian, maka – seiring dengan
berjalannya waktu, banyaknya fitnah syubhat dan syahwat yang mengepung
kehidupan kita sehari-hari -
kekuatan kita akan melemah dan tekad kita menjadi kendor, sehingga tidak mampu
lagi melanjutkan perjalanan, atau bahkan berbelok
arah dan tujuan, wal ‘iadzubillah. Kita memohon kepada Allah Ta’ala keselamatan, ‘afiah dan istiqamah.
Dalam kesempatan ini, akan kita sorot
persoalan pentingnya memperhatikan ‘mujahadatun nafs’ dalam bentuk melaksanakan
berbagai amal shaleh terutama yang wajib dan menjauhi berbagai maksiat baik
besar maupun kecil, serta melazimi kewajiban berakhlak karimah dalam kehidupan
sehari-hari.
Begitu urgennya persoalan ini, Syaikh Abdullah
Azzam rahimahullah sampai menjadikan persoalan ‘mujahadatun nafs’ sebagai salah
satu prioritas persoalan yang disorot. Dengan demikian, diharapkan
masing-masing individu yang ingin menapaki jalan iman, hijrah dan jihad fie
sabilillah ini memiliki kepekaan tingkat tinggi untuk menjauhi maksiat dalam
segala bentuknya, baik yang berhubungan dengan hak Allah Taala maupun hak
hamba.
Juga diharapkan setiap pegiat amal Islami
memiliki kesadaran yang kuat untuk selalu bertaqarrub kepada Allah Ta’ala, berpegang teguh dengan batas-batas
syariat dalam muamalah dan berakhlak dengan akhlak yang baik saat berinteraksi
dengan sesama muslim, para aktivis Islam, terlebih
lagi dengan keluarganya.
Pentingnya memiliki hati yang bersih dan
kuat
Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah adalah
ulama’ mujahid yang sangat besar perhatiannya terhadap persoalan
‘mujahadatunnafs’, mempersiapkan hati yang sehat dan kuat agar istiqamah dalam jihad. Hal ini berangkat
dari pengalaman beliau yang panjang di medan jihad Afghanistan menghadapi musuh
paling kuat, paling ganas dan paling bengis di muka bumi saat itu, Uni Soviet
dengan aliansi militernya Pakta Warsawa.
Untuk itu, dalam bab ini, kami
nukilkan uraian beliau yang sangat
menggugah kesadaran, gamblang dan mudah dicerna. Beliau menjelaskan betapa
fundamentalnya persoalan ini sebagai berikut:
“Yang melakukan ibadah (pada hakekatnya) bukanlah badanmu, akan tetapi hatimu. Yang sanggup memikul beratnya ibadah adalah hatimu. Yang menjadikan kamu tetap bertahan di atas jalan jihad ini adalah hatimu. Badan tidak memiliki pengaruh dalam pelaksanaan suatu ibadah kecuali hanya sedikit.
Yang sabar adalah hati, yang tabah dan
kukuh adalah hati. Yang berani adalah hati dan ghirah itu hanya ada pada hati.
Semakin bertambah keimanan dalam hati, maka akan semakin bertambah ghirahnya,
dan akan semakin bertambah pula semangat dan keberaniannya. Apabila asupan gizi
(yang diperlukan ) untuk hati sedikit, maka hati menjadi sakit dan apabila hati
sakit, maka ia tidak
dapat mengerjakan ibadah
atau pun memikul beban
kesulitan.
Terkadang hati menjadi mati, dan
terkadang menjadi keras. Yang membuat hati keras dan mati adalah perbuatan
maksiat. Oleh karena itu,
seorang mukmin yang hatinya hidup, jika melihat suatu kemungkaran (kemaksiatan)
hatinya berdegup kencang dan wajahnya memerah karena marah. Adapun hati yang
beku dan mati, ia tidak akan mengingkari sesuatu
yang mungkar dan
tidak mengetahui sesuatu
yang ma‘ruf.
Hati itu seperti bohlam, apabila ia
mendapat aliran arus dari sumber listrik, maka ia akan menyala, meski sekecil
apa pun bohlam itu. Akan tetapi, jika
tidak mendapatkan aliran arus listrik, maka ia tidak berguna, kendati sebesar
apa pun bohlam itu. Benar! Bohlam yang senantiasa berhubungan dengan sumber
listrik, akan dapat memberikan panas, memberikan cahaya dan menerangi ruangan.
Demikian pula dengan hati manusia. Jika
hatimu tidak berhubungan dengan sumber cahaya, berhubungan dengan Rabbul ‘Alamin,
maka ia tidak menyala/gelap, mati, dingin dan tidak ada panas, tidak ada
ghirah, tidak ada keberanian serta tidak ada semangat di dalamnya. Jika hati
senantiasa berhubungan dengan Rabb-nya, maka di dalamnya akan terdapat cahaya,
nyala api dan sinar yang dapat menerangi seluruh bagian hati
dan terdapat kehidupan
yang memberikan kehidupan
pada jasad, memberikan ketahanan
memikul beban pada jiwa.
Hati itu dihidupkan dengan amalan-amalan
ibadah dan dimatikan oleh
perbuatan-perbuatan maksiat. Oleh karena itu dalam sebuah hadits disebutkan:
An Nazhrah (memandang wanita yang bukan
mahramnya) itu adalah anak panah dari sekian anak panah iblis yang beracun.
Barangsiapa yang meninggalkannya karena
takut kepada Allah,
maka Dia akan
menggantikannya dengan iman yang
rasa manisnya dia temukan
dalam hatinya. (Hadits
Dha’if, riwayat Al Hakim lihat
kitab Al Mustadrak IV/14).
Maka bayangkanlah, anak-anak panah
menancap di dalam hatimu, sehingga hati terluka seperti lambung yang terluka
sehingga yang empunya tidak dapat mencerna makanan. Seenak dan selunak apa pun
suatu makanan tetap terasa memberatkannya, lantaran luka. Demikian pula jika
hati itu terluka. Banyaknya luka akan membuatnya sakit dan jika telah sakit,
maka ia tidak tahan lagi untuk mengerjakan ibadah, terutama ibadah shalat yang
lama…pasti ia tidak
mampu melaksanakannya.
Seseorang
mungkin mampu berdiri satu jam berbicara dengan temannya tanpa merasa
capek dan jenuh, akan tetapi apabila imam memanjangkan bacaan surat-nya 5 menit
saja, ia sudah merasa berat. Seolah-olah ia sedang memikul gunung di atas
pundaknya. Mengapa demikian? Karena yang memikul beban tersebut adalah hati!”
Dalam kesempatan yang lain beliau memberikan
contoh yang sangat aplikatif dan dekat dengan keseharian aktifis muslim hari
ini. Beliau berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
عليكم بالجهادِ في سبيلِ
اللهِ، فإنه بابٌ من أبوابِ الجنَّةِ، يُذهِب اللهُ به الغمَّ والهمَّ"
Berjihadlah kalian, karena sesungguhnya
jihad itu adalah pintu dari pintu-pintu surga. Allah menghilangkan dengannya
kesedihan dan kedukaan.
(Hadits hasan riwayat Abu ‘Ashim dari
Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu.)
Akan tetapi, siapakah sebenarnya yang
menyukai ibadah, khususnya ibadah
jihad (dengan seluruh pernak-pernik didalamnya )?. Jawabnya tiada lain adalah
hati yang sehat, bersih, selalu bertaut dengan Allah dan benar. Sesungguhnya hati
adalah “motor” ibadah
-mesin ibadah- yang menggerakkan seluruh anggota
badannya hidup dan jiwanya merasa lapang/senang untuk melakukan ibadah. Jika
hati sakit, maka jiwa merasa berat melakukan ibadah. Kemudian sesudah
itu menjadi benci -Na’udzu billah- terhadap ibadah.
Oleh karenanya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman mengenai shalat :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا
لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu'.
(QS. Al-Baqarah : 45)
Shalat itu berat, sebab yang melakukan
shalat sebenarnya bukan kaki dan tangan, akan tetapi hati dan jiwa. A’uudzu
billaahi minasy syaithanirrajiim :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ
خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ
وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا (١٤٢)
Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri
untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat)
di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit
sekali. (QS. An-Nisa’ :
142)
Jadi, hatilah yang sebenarnya menegakkan
ibadah. Sedang anggota badan adalah pelayan bagi hati tersebut. Ia melaksanakan
apa yang diperintahkan hati. Jika hati seseorang hidup, maka jiwanya juga
hidup. Ibadah terasa mudah dan ringan baginya. Bahkan tidak sampai di situ,
ibadah terasa manis di dalam jiwanya, terasa nyaman di dalam hatinya, dan
terasa lapang di dalam dadanya. Sebaliknya, jika hati sakit -A’uudzu billaahi-, maka ibadah betul-betul
dirasakan amat berat olehnya.
Hati bagaikan perut. Sekarang, makanan
yang paling disukai oleh perut adalah daging. Akan tetapi, apabila perut luka dan kemudian luka
tersebut bernanah, maka sesuatu yang paling dibencinya adalah daging, minyak
dan lemak. Sebab perutnya sakit.
Demikian juga halnya dengan hati.
Harus kuat, sehingga
kuat beribadah. Manakala
hati kuat, maka suruhlah ia melakukan ibadah sesuka
hatimu. Qiyamul lail, merasa nikmat dan nyaman dalam melakukan qiyamul lail.
Tidur menjadi musuhnya.
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ
رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (١٦)
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap,
serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. (QS.
As-Sajdah : 16)
Karena
itu, pernah saya
mengimami shalat orang-orang
seperti biasa. Saya melamakan shalat.
Selesai shalat anak-anak
muda datang mendekat
dan mengatakan : “Barangsiapa mengimami shalat manusia, hendaklah dia
meringankan shalatnya.”
…
Anak-anak muda …!! Sedangkan di belakang
saya ada orang tua. Umurnya antara tujuh
puluh dan seratus
tahun. Wajahnya bercahaya,
dia mengatakan, “Panjangkan saja. Jangan kau pedulikan kata-kata
mereka.”
Lelaki tujuh puluh tahunan merasakan
shalat yang lama adalah nikmat. Sedangkan pemuda dua puluh tahunan, pemain
karate dan judo, memandang shalat yang lama amatlah berat. Kenapa? Andaikan mereka pergi ke lapangan
sepak bola dan bermain di sana selama dua jam, tentu mereka tak merasa jenuh.
Tapi kenapa hanya lima menit bacaan Al-Qur’an mereka sudah jenuh? Padahal beda
antara shalat yang panjang dan shalat yang pendek cuma lima menit. Saya
panjangkan shalat ‘Isya’ bersama jama’ah ini cuma lima menit.
Mengapa mereka menganggap berat waktu
lima menit namun tidak menganggap berat dua jam bermain sepak bola? Sebab yang
berdiri dalam shalat adalah hati, sedangkan
di lapangan adalah
badan. Badan ada, kaki dan
otot-otot menunjangnya. Makanya, dua jam main bola tidak merasa bosan.
Tapi sepuluh menit berdiri untuk shalat, maka hal ini dirasakan berat …. Amat berat sekali.
Kenapa? Sebab hatimu -atau hati
mereka—kosong.
وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ
الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ (٤٢)مُهْطِعِينَ
مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ
(٤٣)
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu
itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas dengan mengangkat
kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (QS. Ibrahim : 42-43)
Karena hatinya kosong, tidak teguh,
takut, bergetar dan bergoyang jika tertiup angin. Hatinya gemetar manakala
penanggung jawabnya memarahinya, manakala penguasa memarahinya, manakala para
petugas Intel memarahinya dan mengangkat dakwaan yang tertuju kepadanya, dan
sebagainya ….
(hati mereka kosong) …selalu cemas, tidak
mantap dan tidak teguh selamanya … (hati mereka kosong), hati mereka bergetar,
kenapa? Karena tidak ada keikhlasan di dalamnya, tak mempunyai sikap konsisten
(istiqamah), tidak dibekali
dengan berbagai ibadah,
sehingga hatinya menjadi teguh
dan tenang. Hati
tidak bisa teguh dan mantap dengan sajian bola, yang di dalamnya ada sedikit
udara. Hati menjadi tenang dan tentram dengan dzikrullah. Ingatlah,
hanya dengan dzikrullah (mengingat Allah)
hati menjadi tentram.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ
اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (٢٨)
yaitu
orang-orang yang beriman
dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d : 28)
Karena itu, hati menjadi tentram dan
tidak takut.” Sekian pejelasan beliau.
Sumber kekuatan hati seorang mukmin
Setelah jelas bagi kita posisi sentral
dari hati seseorang bagi pelaksanaan ibadah dalam berbagai bentuknya, kita
perlu mengetahui hal-hal yang akan menjadi sumber kekuatan hati seorang mukmin
yang menjadikannya sanggup melaksanakan kewajiban terberat dalam dien ini yaitu
iqamatuddien dengan jalan dakwah dan jihad.
Syaikh Abdullah Azzam telah memberikan
resep praktis yang terbukti mujarab. Beliau
sendiri telah menjalankannya secara konsisten sehingga Allah Ta’ala
menganugerahinya keteguhan hati di jalan
jihad dan berkenan menutup hidupnya dengan syahadah.
Beliau memberikan penjelasan sebagai
berikut:
”Kekuatan hati datang kepada seseorang
melalui perantaraan amal shalih. Sedangkan lemahnya hati datang kepada
seseorang karena perbuatan jahat, perbuatan keji dan maksiat. Oleh karena itu
Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan kepada seorang penakut demikian, “Jika
hatimu sehat, pasti engkau tidak akan takut.”
Jadi jika hati seseorang sehat, maka
ia tidak akan
merasa takut kepada
seorang pun. Sebab perbuatan
jahat itu bagaikan racun. Ia akan melemahkan hati sebagaimana racun melemahkan
(merusak) perut dan
usus. Sedangkan kebaikan
itu seperti makanan, ia akan
menghidupkan hati dan menyinarinya. Karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
مَثَلُ البَيْتِ الذي
يُذكَرُ اللهُ فيه، والبيت الذي لا يذكرُ الله فيه مَثَلُ الحيِّ والميِّت
Perumpamaan rumah yang selalu disebut
nama Allah di situ dengan rumah yang tidak pernah disebut nama Allah di situ
adalah seperti orang hidup dan orang mati. (H.R. Al Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al Asy’ary
radhiyallahu ‘anhu.)
Beliau juga bersabda :
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ
Janganlah kamu jadikan rumah-rumahmu
seperti kuburan. (H.R.
Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.)
Yakni, hidupkanlah rumah itu dengan
amalan-amalan sunnah. Dan jangan kalian serupakan ia dengan mayat atau kuburan
yang telah rusak dan sunyi yang tidak ada di dalamnya amalan-amalan shalih.
Adapun kekuatan jasmani, maka ia
sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla melalui lisan Hud ‘alaihi salam :
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا
إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ
وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ (٥٢)
Dan (Hud berkata), "Hai kaumku,
mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan
hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. (QS. Hud : 52)
Dalam kitab Al-Fawaid, Ibnul Qayyim
menulis sebuah fasal yang amat menarik. Di situ
diterangkan bahwa memandang
sesuatu yang diharamkan
akan melemahkan mata, mencuri dapat melemahkan tangan, berjalan untuk
mendatangi hal-hal yang haram akan melemahkan kaki dan memakan barang haram
akan melemahkan badan/jasmani. Melemahkannya secara inderawi bukan maknawi.
Sesungguhnya perbuatan baik akan
menguatkan anggota badan dengan kekuatan yang bersifat inderawi bukan kekuatan
maknawi. Kekuatan jasmani dan kekuatan hati hanyalah datang dari amal perbuatan
yang baik dan dari menuntut berbagai jalan yang mendatangkan pahala. Sedangkan
kelemahan jasmani dan kelemahan hati datang dari perbuatan-perbuatan yang
menyelisihi kehendak Dzat Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib.
Itu adalah sesuatu yang alami menurut
undang-undang Ilahi. Sebab hati telah dibentuk menurut aturan yang tidak akan bekerja
dan tidak akan menjadi
kuat melainkan dengan
dzatnya. Ketakwaan hati
dengan mendatangkan sifat takwa dan kekuatan hati dengan mendatangkan
bekalnya. Tidak mungkin hati akan
beroperasi/bekerja melainkan mesti
sebagaimana yang dikehendaki oleh
Allah.” Sekian penjelasan beliau.
Beberapa amalan yang berpengaruh besar
kepada kekuatan hati
Secara umum, amal shalih dalam segala bentuknya merupakan sumber kekuatan hati seorang mukmin sebagaimana telah diterangkan di atas. Namun, ada sejumlah amal tertentu yang memiliki dampak signifikan dalam membangun kekuatan hati seorang mukmin.
Secara umum, amal shalih dalam segala bentuknya merupakan sumber kekuatan hati seorang mukmin sebagaimana telah diterangkan di atas. Namun, ada sejumlah amal tertentu yang memiliki dampak signifikan dalam membangun kekuatan hati seorang mukmin.
Ini berdasarkan pengalaman para shalihin
yang telah melaziminya secara ikhlas, tekun dan penuh kesabaran. Di antara
mereka adalah insyaallah Syaikh Abdullah Azzam (nahsabuhu kadzalika wa laa
nuzakki ‘alallahi ahadan). Beliau memberikan resep praktis ‘amalan bergizi
tinggi’ untuk hati seorang muslim. Beliau berkata:
“Beban jihad itu sangat berat. Ia
membutuhkan ibadah di dalam diri. Agar dapat memikul beban yang berat ini,
harus banyak berdzikir kepada Allah, beristighfar, bertaubat, menjalankan
shiyam, memerintah berbuat ma‘ruf dan mencegah berbuat mungkar, agar jiwamu
tetap selamat dan hatimu tetap sehat sehingga mampu memikul beban yang dberikan
oleh Rabbul Alamin.
Karena itu Allah Azza wa Jalla
mengingatkan, di dalam pertempuran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً
فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٤٥)وَأَطِيعُوا
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (٤٦)
Hai orang-orang yang beriman, apabila
kalian bertemu pasukan (musuh); maka berteguh hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah)
sebanyak-banyaknya agar kalian memperoleh keberuntungan. Dan taatilah Allah dan
Rasul-Nya dan jangan kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi
lemah dan hilang kekuatan dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfaal: 45 - 46).
Jangan pernah lupa melakukan dzikir.
Membaca bacaan dzikir pada pagi hari dan pada sore hari. Ini sangat
penting sekali, karena bacaan
dzikir tersebut adalah obat penawar bagi penyakit jiwa yang kamu derita, obat untuk
mengatasi kegoncangan, kesedihan,
hutang dan segala
macam persoalan.
Dzikir-dzikir tersebut
tak ubahnya seperti
apotik yang berisi segala jenis obat. Kamu dapat
mengambil obat -obatan ini untuk mengusir penyakit apa saja yang kamu derita.
Sebagian dzikir itu melindungimu dari kejahatan setan. Sebagian lagi
melindungimu dari kejahatan musuh -musuh Allah
dan sebagian yang
lain menjagamu dari
kesedihan. Sebagian menjagamu dari
belitan hutang dan
sebagian lagi melindungimu
dari terjerumus ke dalam kebinasaan.
Dan jangan lupa mengerjakan
qiyamul lail. Jika
kamu kebagian giliran berjaga malam,
bangunlah sepuluh menit
sebelumnya, berwudhulah dan selama kamu berjaga, ulang kembali
hafalan Al Qur’anmu, atau beristighfar atau berdzikir. Setelah selesai berjaga, maka shalatlah empat rekaat atau
delapan rekaat, yakni:
berjagalah sejam dan
shalatlah sejam dari waktu malam.
Banyak berdzikir sangatlah penting sekali
sebelum perang, seperti kata Abu Darda'
radhiyallahu ‘anhu, ”Sesungguhnya kalian berperang dengan amal-amal
kalian". Maka perbanyaklah
amal shaleh sehingga
Allah berkenan membukakan
pintu kemenangan untuk kalian.
Adapun
dosa-dosa (yang diperbuat) sebelum peperangan, maka itu menyebabkan
kekalahan dalam peperangan.
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى
الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ
عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ (١٥٥)
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling
(ke belakang) di antara kalian pada hari bertemunya dua pasukan itu, hanya saja
mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan oleh sebagian kesalahan yang telah
mereka perbuat. (QS. Ali 'Imran: 155)
Mengapa terjadi kekalahan dalam
pertempuran? Lantaran sebagian amal dan dosa-dosa yang telah lampau.
Peliharalah hatimu
dengan obat hati,
yakni: Qiyamul lail,
istighfar di waktu sahur, berlapar-lapar dengan puasa,
berteman dengan orang -orang shalih, tilawah Al Qur’an dan menjaga
lesan. Jagalah enam hal ini! Peliharalah hatimu, dan jangan sampai kamu
memandang rendah manusia serta meremehkan mereka. Sungguh banyak orang yang telah melampaui
batas tertimpa kebinasaan.” Sekian penjelasan beliau.
Wahai ikhwah sekalian! Bila kita
betul-betul menyadari betapa pentingnya masalah ini, tentu program amal
yaumiyah yang telah saya sebutkan diatas, akan menjadi kebiasaan harian kita.
Ya, seperti kebiasaan kita makan 3 kali sehari dan mandi dua kali sehari. Kebutuhan
penting yang telah menjadi kebiasaan, yang bila terlewat satu hari saja kadang
terasa menyesakkan dada. Ini tentunya bagi yang telah merasakannya.
Oleh karena itu, kami menghimbau kepada
para ikhwah semuanya agar lebih semangat dan serius dalam menjalankan program amal-amal
yaumiyah kalian, bahkan ditambah komitmen pribadi untuk amalan yang lain. Hal
ini sebagaimana shalat berjamaah di
masjid yang tidak perlu lagi ada perintah, karena telah menjadi kesadaran dan
kebiasaan umum para pegiat amal islami yang serius dan komitment dengan
diennya.
Maka itu semua untuk kepentingan kita
sendiri. Untuk kepentingan survival di jalan jihad hingga akhir hayat sekaligus
sebagai bekal tambahan untuk pulang ke akhirat.
Dosa: sumber utama kelemahan dan
kerusakan hati dan tashawur seorang mujahid
Bila sumber kekuatan hati seseorang mukmin
adalah berbagai amal shaleh yang dia lakukan dengan penuh keikhlasan dan
ketekunan, maka sumber utama kelemahan hati dan kerusakan tashawur dan irodah
seorang mukmin adalah dosa-dosa yang dia lakukan. Kita perlu bersikap waspada
terhadap masalah melakukan dosa baik yang nampak maupun tersembunyi, sebab dosa
itu ada yang bersifat tersembunyi.
Berikut ini penjelasan Syaikh Abdullah
Azam terkait urgennya mewaspadai dosa yang tersembunyi, karena manusia
cenderung kurang cermat dan tidak peka terhadap bahaya hal ini. Terkadang tanpa
disadari, seseorang sudah digiring ke jalan setan oleh dosa-dosanya yang
tersembunyi tadi,
sehingga dia tergelincir dari jalan Allah dan jalan jihad di jalan Allah dan
berganti jalur ke jalan lain yang di kanan-kirinya dipenuhi dengan setan yang
akan merayunya dengan berbagai cara dan kemudian dia lemparkan ke neraka
jahannam, wal ‘iyadzu billah. Syaikh Abdullah Azzam menjelaskan masalah ini dengan
gaya yang menarik:
Allah Taala berfirman:
وَذَرُوا ظَاهِرَ الإثْمِ وَبَاطِنَهُ إِنَّ الَّذِينَ
يَكْسِبُونَ الإثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوا يَقْتَرِفُونَ (١٢٠)
Dan
tinggalkanlah dosa yang
nampak dan yang
tersembunyi. Sesungguhnya
orang-orang yang mengerjakan
dosa, kelak akan
diberi pembalasan (pada hari kiamat)
disebabkan apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am : 120)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ
أَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ
مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا
بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (١٥١)
Katakanlah: Kemarilah, aku bacakan apa yang diharamkan Allah atas
kalian oleh Rabb
kalian. Yakni: Janganlah
kalian mempersekutukan sesuatu dengan
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak dan janganlah kalian
membunuh anak-anak kalian karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rizki kalian
dan mereka, dan
janganlah kalian mendekati perbuatan
yang keji, baik
yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi.
(Qs. Al An’am : 151)
Dua ayat yang mulia di atas menunjukkan
kepada kita bahwa dosa itu ada yang
bersifat dhahir (nampak) dan
ada yang batin (tersembunyi), yang nampak di mata dan yang tersembunyi dari
penglihatan. Dosa -dosa yang nampak di
mata seperti: minum
khamr, zina, judi,
menghisap ganja, ghibah, mengadu
domba dan lain-lain.
Adapun dosa-dosa yang tersembunyi seperti:
sombong, hasad, congkak,
riya’ dan lain -lain.
Manusia
biasanya memandang serius
dosa-dosa yang nampak.
Mereka melakukan segala daya
upaya untuk menghindarinya. Berusaha meninggalkan minuman
keras apabila orang
tersebut meminumnya, atau meninggalkan zina
apabila ia melakukannya,
atau berhenti menghisap obat-obat terlarang (seperti candu,
ganja, morphine, mariyuana,
dan sebagainya) apabila ia termasuk di antara pecandunya.
Akan tetapi banyak di antara mereka yang
melalaikan penyakit-penyakit hati. Mereka lalai dari penyakit hasad... Mereka
lalai dari perbuatan sombong ... Mereka lalai dari penyakit-penyakit syahwat
yang tersembunyi. Mereka lalai
dari (perangai buruk) meremehkan sesama
kaum muslim ...Ini
persoalan gawat yang mengancam kehidupan kaum muslimin.
Mereka yang hanya memperbaiki lahiriyah, tidak ubahnya seperti orang yang membeli mobil yang telah rusak
mesinnya dan telah berkarat besi-besinya. Lalu dengan serius ia memberi
warna -warna cat yang mengkilat dan
macam-macam pelumas yang
dapat mencegah pengkaratan,
namun mesin ia biarkan tetap seperti sedia kala, rusak tidak dapat
bekerja. Maka, meskipun telah mengeluarkan banyak uang dan telah mencurahkan
banyak tenaga (untuk memperbaiki bagian
luar mobil), tetap tidak dapat sedikit pun mengambil
manfaat daripadanya.
Demikian juga diri manusia. Mereka yang
melakukan usaha perbaikan terhadap lahiriyah dengan penuh keseriusan, mempercantik
penampilan mereka hingga
nampak indah, kemilau dan
gemerlapan sehingga nampak memikat dan
mempesona bagi yang memandang, namun
melalaikan bagian dalam
dan tidak mempedulikannya, adalah
seperti keadaan orang -orang
yang merawat sepatunya dan
menyemirnya agar tetap
nampak mengkilat dan cemerlang.
Andaikan seseorang cemerlang hatinya
setiap hari seperti kulit sepatunya, maka tidaklah ia terlempar ke tingkatan
yang rendah. Andaikan ia cermat dalam
membersihkan hatinya sebagaimana
ia membersihkan bajunya apabila
terkena noda hitam atau terkena kotoran yang lain, maka tak akan sampai ia
tergelincir atau pun tenggelam dalam kubangan egoisme dan hawa nafsu yang busuk
baunya.
Kita harus menjauhi nafsu-nafsu yang
tersembunyi, seperti sombong, sifat hasad
dan senang apabila
nikmat yang didapat
orang lain hilang.
Kita harus memperbaiki batiniyah
kita sebagaimana kita
memperhatikan lahiriyah kita.” Sekian penjelasan beliau.
Pentingnya memperhatikan masalah makanan
dan perkataan
Secara umum, dosa-dosa yang dilakukan
seseorang itu menjadi sumber dari kelemahan
hati dan kerusakan tashawur dan irodah. Namun ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian ekstra karena vitalnya persoalan tersebut dalam pandangan ulama’
salaf dan besarnya kerusakan yang ditimbulkan terhadap seorang individu bila
kedua hal tersebut rusak. Dua hal itu adalah masalah yang masuk ke mulut
(makanan) dan yang keluar dari mulut (perkataan).
Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah dalam
sejumlah kesempatan ceramah beliau kepada para mujahidin sangat menekankan
persoalan ini. Beliau menjelaskan:
”Orang-orang salaf sangat memperhatikan
betul apa-apa yang akan masuk ke dalam mulut mereka dan apa-apa yang keluar
dari mulut mereka. Mereka bersikap amat ketat
terhadap diri mereka sendiri.
Mereka sangat berhati-hati
dan bersikap wara’ terhadap diri mereka atas apa yang
hendak mereka makan dan apa yang hendak mereka
ucapkan. Sebab Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah memberikan jaminan
kepada mereka -dalam sebuah hadits shahih— bahwa siapa saja yang menjaga
apa yang ada di antara kedua jambangnya dan kedua kakinya, maka akan dijamin
baginya surga.
مَنْ يَضْمَنْ
لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
Barangsiapa yang memberikan jaminan
padaku -dalam riwayat yang lain disebutkan Barangsiapa memelihara untukku— apa
yang ada di antara kedua jambangnya -yakni mulutnya— dan kedua kakinya -yakni
farjinya—, maka aku menjamin surga baginya atau aku akan memeliharakan surga
baginya. (H.R. Al
Bukhari dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu)
Mulut
hendaknya dipelihara dari
makanan dan perkataan.
Jangan sampai memasukkan makanan
ke dalam mulut kecuali makanan yang baik. Dan jangan sampai mengeluarkan
perkataan dari mulut kecuali yang baik. Orang beriman itu perkataannya baik,
jasadnya baik, makanannya baik, jiwanya baik, dan apa saja yang ada padanya
adalah baik. Ketika mencabut ruh orang yang beriman, malaikat mengatakan:
(Keluarlah hai ruh yang
baik, yang berada di jasad yang
baik. Engkau telah mendiami jasad
itu di dunia)
Para malaikat bergembira ketika bertemu
dengan orang-orang yang baik di antara mereka. Dan mereka memberikan kabar
gembira kepada orang-orang yang baik di antara mereka dengan surga.
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ
يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(٣٢)
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam
keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka):
"Salaamun 'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang
telah kamu kerjakan.
(QS. An-Nahl : 32)
Kemudian dalam riwayat lain dalam Musnad
Ahmad -di dalamnya ada perbincangan pula— disebutkan :
Sesungguhnya ada seseorang yang membeli
baju dengan harga sepuluh Dirham. Namun dari sepuluh Dirham itu ada satu Dirham
yang haram. Maka Allah tidak menerima amalannya selama baju itu masih lekat
padanya.
Oleh karena itu, maka orang-orang salaf
-semoga Allah meridhai mereka semua— betul-betul memperhatikan apa yang masuk
dan apa yang keluar dari mulut mereka. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
mengatakan, “Allah tidak menerima shalat seseorang yang di dalam perutnya ada
sedikit makanan haram.”
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ
نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا
وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ
مِنَ الْمُتَّقِينَ (٢٧)
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil
dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban,
Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!".
berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa". (Al maidah: 27)
Adalah orang-orang salaf, apabila membaca ayat ini tubuh mereka
berguncang, hati mereka bergetar dan bertambah-tambah rasa ketakutan dan
kekhawatiran mereka. Mereka merasa khawatir
jangan-jangan Allah tidak
menerima amalan mereka, karena Allah hanya menerima dari
orang-orang yang bertakwa. Sebab “Innamaa
(sesungguhnya … hanya/hanyasanya)” apabila masuk dalam sebuah kalimat, maka ia
akan berfungsi sebagai pembatas.
Maksudnya, sesungguhnya
penerimaan itu terbatas hanya pada orang-orang yang bertakwa.
Sesungguhnya penerimaan dari Allah hanya terbatas untuk amal-amal yang
dikerjakan orang-orang bertakwa saja.
Pernah suatu ketika Imam Ahmad ditanya :
“Apa makna orang-orang yang bertakwa dalam ayat ini?” Maka beliau menjawab,
“Yang sangat berhati-hati terhadap segala sesuatu sehingga tidak jatuh pada
sesuatu yang tidak halal.”
Cukuplah,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
membuat perumpamaan dunia
dengan bangkai anak kambing. Ketika beliau memegang anak kambing yang
telah menjadi bangkai lalu beliau bertanya
: ”Siapakah di antara kalian yang
mau membeli bangkai anak kambing ini dengan harga 1 Dirham?”
“Tak seorang pun.” Jawab mereka. Lalu beliau bersabda, ”Sesungguhnya
dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai anak
kambing ini dalam pandangan
kalian.” Hadits ini diriwayatkan oleh
Muslim.
Wahai orang-orang yang kucintai, wahai
para muhajir, wahai para mujahid, takutlah Allah, takutlah Allah perihal hijrah
kalian. Takutlah Allah … takutlah Allah perihal jihad kalian.
Takutlah Allah … takutlah
Allah perihal diri
kalian.
Ketahuilah, ketika ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha mendengar Zaid bin Arqam berjualan dengan sistem ‘Inah -Dia menjual
seorang budak dengan harga 800 Dirham kepada seseorang secara tempo (hutang),
lalu budak itu dia beli kembali dengan harga 600 Dirham secara tunai (kontan). Inilah jual beli ‘Inah—maka ‘Aisyah
mengatakan kepada wanita yang menyampaikan berita itu kepadanya : ”Sampaikan
pada Zaid bin Arqam dariku bahwa Allah telah menghapuskan jihadnya bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia tidak bertaubat.” - Jika ia tidak menghentikan dan bertaubat
dari jual beli ‘Inah, yang saya tidak yakin Zaid bin Arqam mengetahui
hukumnya—Lalu ‘Aisyah menjelaskan hukum jual beli ‘Inah pada Arqam dan
menerangkan padanya akan akibat dari memakan harta yang bercampur halal dan
haramnya.
Takwalah kamu sekalian kepada Allah dan
takutlah pada-Nya. Ketahuilah bahwa kamu sekalian akan menjumpai-Nya dan
kepada-Nya kalian akan kembali. Awasilah dirimu, awasilah ibadahmu! Jika tidak,
maka kamu tidak akan mampu meneruskan perjalanan. Untuk itu, maka bahan bakar
energi yang kamu gunakan haruslah mengandung berkah, makananmu harus dari yang
halal sehingga kamu dapat melanjutkan perjalanan
yang mubarak (diberkati) yang
mendatangkan buahnya yang mubarak, dan kamu menjadi seperti pohon yang
baik.
Sesungguhnya jalan ini amat panjang dan
jauh, perjalanannya pun amat payah dan menyusahkan. Sesungguhnya
jihad ini sungguh
berat. Tidak ada
yang mampu menanggungnya kecuali
mereka yang telah diteguhkan oleh Rabbul ‘alamin. Karena itu, jika engkau mendapatkan dalam
hatimu rasa takut
untuk memasuki front pertempuran, rasa takut menghadapi
musuh, atau rasa takut untuk memerintah yang ma’ruf dan melarang yang mungkar,
maka telitilah kembali makananmu.
Jika hatimu lemah, maka kelemahan itu
mesti datang dari racun haram. Sebagian besar dari rasa ketakutan itu adalah
disebabkan oleh makanan. Dan sebagian lagi lantaran panah yang lepas dari mata.
Jika kamu merasa berat atau merasa takut
atau merasa gentar terjun ke kancah peperangan, maka evaluasilah kembali
dirimu. Apa penyebab kelemahan yang menimpa hatimu? Apa rahasia rasa ketakutan
ini dari dalam diri anak manusia? Padahal Allah Azza wa Jalla telah menjamin
untuk meneguhkan dirimu jika kamu benar-benar beriman.
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ
فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ
فَاضْرِبُوا فَوْقَ الأعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ (١٢)
(Ingatlah), ketika Rabbmu mewahyukan
kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka
teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang
telah beriman." Kelak akan Aku
jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah
kepala-kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS. Al-Anfal : 12)
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ
لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (٤)
Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan)
ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping
keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan
bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Fath : 4)
Sakinah adalah tentara yang dimasukkan
Allah Azza wa Jalla ke dalam hati orang yang
dikehendaki-Nya. Hati yang
tumbuh dengan makanan
halal, yang tiada berdenyut melainkan dengan keikhlasan
kepada Dzat Yang memiliki sifat kemuliaan dan keagungan. Ketahuilah bahwa
lidahmu terkadang bisa merintangi perjalananmu, telingamu terkadang bisa
merintangi perjalananmu dan tanganmu bisa merintangi perjalananmu.” Sekian
penjelasan beliau.
Peringatan tentang bahaya tenggelam dalam
hal yang sia-sia dan berakhlak buruk
Di luar perkara-perkara yang jelas-jelas haram baik itu merupakan dosa besar atau pun kecil, ada perkara-perkara yang sifatnya mubah namun sia-sia yang selayaknya dijauhi oleh seorang mujahid. Hal ini mengingat betapa ruginya seseorang yang waktunya lebih didominasi dengan hal-hal yang sia-sia. Manfaat dunia tidak didapat, apalagi akhirat. Seorang mujahid selayaknya berusaha semaksimal mungkin agar waktunya penuh dengan hal-hal yang bermanfaat, produktif, bermakna untuk kemajuan dirinya, keluarganya, jamaahnya, Islam dan kaum muslimin.
Di luar perkara-perkara yang jelas-jelas haram baik itu merupakan dosa besar atau pun kecil, ada perkara-perkara yang sifatnya mubah namun sia-sia yang selayaknya dijauhi oleh seorang mujahid. Hal ini mengingat betapa ruginya seseorang yang waktunya lebih didominasi dengan hal-hal yang sia-sia. Manfaat dunia tidak didapat, apalagi akhirat. Seorang mujahid selayaknya berusaha semaksimal mungkin agar waktunya penuh dengan hal-hal yang bermanfaat, produktif, bermakna untuk kemajuan dirinya, keluarganya, jamaahnya, Islam dan kaum muslimin.
Masalah
ini sangat urgen mengingat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berikut ini:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ
الْمَرْءِ تَرْكُهُ
مَا لاَ يَعْنِيهِ.
Di antara tanda kebaikan Islam seseorang
adalah bila dia meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat bagi dirinya. (Hadits riwayat Ibnu majah, Tirmidzi,
Ibnu Hibban dan Ahmad. Shahih menurut Syaikh Al Albani lihat Shahih Al Jami’
hal. 5911)
Dari hadits ini nampak jelas bahwa
kualitas keislaman seseorang itu
berbanding lurus dengan tingkat komitmen dia dalam memenuhi waktunya dengan
segala yang bermanfaat buat dirinya,
baik urusan dunia maupun akhirat. Semakin penuh dengan hal-hal yang bermanfaat
semakin bagus kualitas islamnya. Demikian pula sebaliknya.
Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:
مِنْ عَلَامَةِ إِعْرَاضِ اللهِ تعالى عَنِ اْلعَبْدِ
أَنْ يَجْعَلَ شُغْلَهُ فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ خُذْلَانًا مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Di antara tanda berpalingnya Allah dari
hamba-Nya adalah Allah jadikan kesibukan hamba tersebut pada hal-hal yang tidak
bermanfaat baginya sebagai bentuk penghinaan dari Allah Azza wa Jalla.
Untuk itu, kita semestinya mengevaluasi
diri kita masing-masing, sejauh mana kadar hal sia-sia yang kita lakukan setiap
harinya. Jangan sampai Allah Ta’ala menghinakan kita karena begitu
lemahnya tekad kita untuk memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang positif dan
jelas-jelas bermanfaat untuk kebaikan diri, keluarga, jamaah serta izzul islam
wal muslimin.
Terkait masalah akhlak yang buruk, ada
satu hadits panjang yang penutupnya memperingatkan bahaya akhlak yang buruk:
أحب الناس إلى الله
تعالى أنفعهم للناس، و أحب الأعمال إلى الله عز وجل سرور يدخله على مسلم، أو يكشف عنه
كربة، أو يقضي عنه دينا، أو تطرد عنه جوعا، و لأن أمشي مع أخ في حاجة أحب إلي من أن
اعتكف في هذا المسجد، يعني مسجد المدينة شهرا، و من كف غضبه ستر الله عورته، و من كظم
غيظه، و لو شاء أن يمضيه أمضاه ملأ الله قلبه رجاء يوم القيامة، و من مشى مع أخيه في
حاجة حتى تتـهيأ له أثبت الله قدماه يوم تزول الأقدام، و إن سوء الخلق يفسد
العمل، كما يفسد الخل العسل
Orang
yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.
Sesungguhnya amal yang paling disukai oleh Allah adalah memasukkan rasa bahagia
ke (dalam kalbu) orang muslim atau menghilangkan kesulitannya, atau membayarkan
utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.
Sungguh,
aku berjalan bersama seorang saudara (sesama Muslim) demi memenuhi kebutuhannya
adalah lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini-yaitu masjid madinah
selama satu bulan. Siapa saja yang menahan amarahnya (kepada saudaranya), Allah
akan menutupi aibnya, siapa saja yang menahan kemurkaanya dalam keadaan dia
mampu untuk melampiaskannya, Allah akan memenuhi kalbunya dengan harapan pada
hari kiamat.
Dan
Siapa yang berjalan menyertai saudaranya (sesama Muslim) demi memenuhi suatu
kebutuhannya hingga kebutuhan tersebut telah siap bagi saudaranya, Allah akan
meneguhkan kedua kakinya pada Hari Kiamat nanti pada saat banyak kaki-kaki
manusia tergelincir. Sesungguhnya keburukan akhlak benar-benar bisa merusak
amal. (hadits shahih, As Silsilah Ash Shahihah Juz 2.
no. 906)
Bila kita membaca buku-buku para ulama’
baik zaman dulu maupun sekarang, selalu ada Bab Adab, Suluk dan Roqoiq (tema
roqoiq adalah peringatan-peringatan, pelajaran-pelajaran dan hukum-hukum yang
bisa menjadikan hati lunak, tema-tema seputar pensucian jiwa). Bahkan Syaikh
Abu Mush’ab As Sury tetap mencantumkan sebuah sub bab khusus yang membahas masalah
tersebut dengan judul Al Adab wal ‘Ibadah
wal Akhlaq Wal Roqoiq, dalam bukunya
yang monumental, Dakwah Al Muqawwamah Al Islamiyah Al ‘Alamiyah. Padahal
itu buku yang mengupas konsep dan strategi perlawanan jihad global.
Begitu pula dengan Syaikh Abdullah bin Faishal
Al Ahdal dalam buku beliau yang sangat penting untuk dipelajari oleh mujahidin hari
ini yang berjudul ‘Dalilul Mujahidin’. Buku ini semacam ‘vade mecum’ atau buku pintar yang lengkap tentang berbagai
masalah fundamental dalam jihad baik dari tinjauan ilmiyah maupun waqi’iyah
masa kini. Beliau menulis bab khusus
tentang masalah ini dengan judul Al Adab Was Suluk Wa Tazkiyatul Mujahid.
Ini menunjukkan betapa hal ini merupakan persoalan yang fundamental bagi
mujahidin.
Oleh karena itu, bila seorang aktivis
Islam tidak memperhatikan masalah adab, suluk dan roqoiq atau tidak mendapatkan pembinaan yang memadai
dalam masalah tersebut, maka akan kering ruhiahnya, kurang adabnya terutama kepada
orang yang lebih tua, lebih berilmu dan kepada pemimpinnya, tidak bisa
menghormati dan menghargai sesama muslim serta cenderung arogan, angkuh dan
kasar kepada orang-orang yang berada pada posisi lemah, baik karena rendahnya
posisi dalam struktur organisasi, sedikitnya harta, rendahnya pendidikan dan
pengalaman maupun orang yang bertipikal kepribadian lemah lembut.
Orang semacam itu tidak bisa bersikap
sopan dan santun kepada sesamanya karena jiwanya yang kotor, keras dan kering,
karena tidak pernah mendapat pendidikan tentang adab dan akhlak maupun tidak
pernah mengkaji peri kehidupan orang-orang yang berkepribadian mulia dan
berjiwa besar, yang biasanya banyak bertebaran dalam kajian-kajian tentang
adab, suluk dan roqoiq.
Bahkan, pada kondisi yang ekstrim,
keluarganya yang semestinya mendapat perlakuan terbaik darinya malah sering
menjadi korban kekasaran perangainya. Selain itu dampak negatif lainnya adalah cenderung
egois dan materialistis, cenderung untuk meremehkan maksiat, lemah kecintaannya
kepada akhirat, malas beribadah, ambisius terhadap masalah dunia dan tidak
sanggup bersikap qana’ah. Dalam jangka
panjang, jelas hal ini akan membahayakan individu tersebut dan pada gilirannya
akan menimbulkan masalah dalam kehidupan berjamaah. Nasalullahal ‘afiyah.
Oleh karena itu, sudah selayaknya kita
memperhatikan masalah ini dengan sebaik-baiknya. Sebagai langkah awal adalah
dengan mulai mengkaji secara rutin, urut dan lengkap kitab-kitab para ulama’
yang mu’tabar yang membahas tema-tema adab, suluk dan roqoiq. Semoga dengan
semakin bertambahnya wawasan kita dalam masalah itu akan berpengaruh positif
secara signifikan pada cara berpikir, bersikap dan berperilaku .
Kita
memohon kepada Allah Ta’ala agar mengaruniakan kepada kita petunjuk dan taufik
agar bisa bersikap konsisten di atas kebenaran dan melindungi kita dari sikap
berpaling dan menyimpang dari kebenaran setelah jelas bagi kita kebenaran
tersebut.
PENUTUP
Demikian sedikit pesan-pesan Syaikh
Abdullah Azzam rahimahullah yang dapat kami sarikan kedalam tulisan . Bila apa
yang disampaikan ini sesuai dengan kebenaran, maka itu semata karena rahmat dan
fadhilah dari Allah Ta’ala.
Dan bila ada kekeliruan dan penyimpangan maka itu dari kami dan dari setan.
Allah dan Rasul-Nya berlepas diri darinya. Semoga ada manfaatnya bagi dunia
kita ( Allah memudahkan aktivitas-aktivatas kita yang berkaitan dengan
beriqomatuddien ), lebih-lebih manfaat akherat kita ( di masukkan ke dalam
golongan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa dan dapat meraih Ridho-Nya). Amin….
0 komentar:
Posting Komentar