Subscribe: Playlist Abu Rusydan
Photobucket HUmvee2 Photobucket

Sparkline

Home » » Syaikh Mujahid Abu Yahya Al – Liby

Syaikh Mujahid Abu Yahya Al – Liby


“ THE NEXT OSAMA “



“ Janganlah kalian menyangka jikalau perjalanan jihad yang berjalan di setiap waktu dan tempat itu berjalan atas satu ragam, berupa kelapangan dalam hal rizki, harta yang berlimpah, rasa aman, penaklukan yang terus menerus, kemenangan yang terus berkelanjutan dan kemudahan dalam setiap keadaan saja ? Akan tetapi keadaannya setiap waktu bisa berubah ubah.”

 “ Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” ( QS: Muhammad 31 )


Kepada saudaraku yang telah beriltizam untuk bergabung kedalam sebuah kafilah jihad ( yang di komandani oleh Rosulullah Saw, diikuti oleh para sahabat beliau r.a, hingga hari ini dan sampai Allah sendiri yang akan mengangkat dien ini dari muka bumi ) yang mempunyai satu tujuan utama yakni ikut bersama sama di dalam menegakkan iqomatudien di muka bumi, agar senantiasa bersabar, berhati hati dan waspada di dalam meniti jalan yang telah di pilihnya itu.
Satu pilihan yang membawa satu konsekwensi logis kepada sikap perubahan hidup, perilaku, komitmen, kesungguhannya, pengorbanannya dan kecintaanya semata mata hanya untuk Allah semata.

Tahun tahun dan peristiwa peristiwa yang di lalui oleh mujahidin di dalam marhalah/tahapan ini, menuntut mujahid untuk berfikir dan merenung secara mendalam tentang keseluruhan urusan urusan yang sedang di hadapi itu dengan penuh keseriusan. Untuk melihat secara obyektif perkembangan terkini yang ada di sekitarnya. Menengok kembali lembaran lembaran setiap peristiwa di belakang kita untuk di jadikan bekal pelajaran berharga di dalam melanjutkan perjalanannya itu ( dalam setiap kejadian ) tanpa ada rasa takut dan lalai. Dengan begitu, setiap kejadian yang terus berkembang bisa di sikapi dengan bijak dan tepat. Sehingga kita bisa melewati segala bentuk rintangan dan melanjutkan perjalanan jihad yang penuh barokah ini tanpa ada rasa bosan, jenuh, bingung, lemah dan meremehkan.

Sesungguhnya perjalan jihad yang barokah ini tidaklah bergantung dari keberadaan seorang pemimpin, meskipun sosok seorang pemimpin telah tiada. Akan tetapi haruslah di persiapkan beberapa orang yang memiliki kapabilitas di dalam setiap perkara agama. Apabila satu pemimpin meninggal, maka yang lainnya siap untuk menggantikan posisinya, dan hendaknya tujuan seluruh kaum muslimin untuk menegakkan dien dan berjihad menegakkan diennya sekuat mungkin dan agar tidak bergantung kepada siapa yang memimpin. Dengan kondisi yang seperti itu maka seluruh urusan mereka akan langgeng dan perkara mereka akan stabil.
Sesungguhnya luka luka yang terdapat di dalam tubuh, berkurangnya jumlah personil, dengan hilangnya orang orang yang dicintai dan bertumpuk tumpuknya kesedihan, maka hal itu tidaklah membuat hati mereka jadi lemah, tidak mematahkan semangat mereka, tidak membuat mereka kalah, tidak membuat mereka mundur dari jihad, atau menjauhkan mereka dari jihad dan menjauhkan dari ketabahan, dengan begitu sehingga mengajarkan kepada Ummat ini bahwasanya perjalanan jihad ini harus terus berlansung dan tongkat estafet jihad harus di teruskan bagaimanapun kondisi mereka.
Ingatlah Firman Allah :
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ( QS: An Nisaa’ 104 )
Pada ayat tersebut mengisyaratkan akan kuatnya hubungan, sikap saling tolong menolong, kedekatan, loyalitas, kekuatan kecintaan, kasih saying dan adanya sikap keterkaitan di setiap urusan yang sedang di hadapi di dalam jihad.

Sesungguhnya jihad kalian adalah dengan amal amal sholeh kalian, oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan
Pertama : Perbanyaklah do’a kepada Rabb kita, agar Allah meneguhkan tempat berpijak kita, dan menguatkan kesabaran kita di dalam menghadapi setiap hambatan, kesulitan dan kesusahan di dalam perjalanan jihad.
Kedua : Ikhlaskanlah niat karena Allah semata dan hanya mengharap balasan dari-Nya saja.
Ketiga :Berkacalah dan ambillah ibroh kepada para pendahulu kita dari orang orang yang memiliki kemauan keras, keberanian, kesabaran di dalam menghadapi setiap terror dan menyikapi setiap musibah.
Keempat : Perbanyaklah Istighfar kepada Rabb kita, jujur dalam bertaubat, dan mengakui setiap bencana yang menimpa kita itu di sebabkan karena dosa dosa kita.
Kelima : Menampakkan kefakiran kepada Allah, bahwasanya kita selalu butuh pertolongan-Nya di setiap keadaan.
Keenam : Usirlah setiap kelemahan hati, dengan menghibur diri kita bahwa apa saja yang menimpa kalian berupa kesakitan cidera, dan sejenisnya hal itu juga menimpa musuh musuh kalian.
Ketuju : Yakinlah bahwa setiap kemenangan dan kemudahan itu berasal dari Allah saja, bukan karena kelengkapan fasilitas, kecerdasan dan kekuatan diri kita.
Kedelapan : Kewaspadaan yang sangat dari bermaksiat kepada Allah dan kekhawatiran akan terjatuh di dalamnya atau meremehkannya.
“ Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” ( QS: Ali Imran 155 )
Diantara maksiat yang dapat menghantarkan kepada kegagalan dan kelemahan adalah karena berselisih, bercerai berai, menyelisihi perintah pemimpin pemimpin dan melakukan siasat untuk keluar dari pemenuhan perintah pemimpin. Allah telah mengingatkan
“ Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” ( QS: Al Anfal 46 )
“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” ( QS: An Nisaa’ 59 )
“ Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” ( QS: An Nisaa’ 83 )
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “ Kapanpun Ummat ini berjihad, niscaya Allah akan melembutkan hati hati mereka, dan kapanpun mereka itu meninggalkan jihad maka sebagian mereka akan sibuk dengan sebagian yang lain.”

Barangsiapa berjihad di jalan Allah untuk mencari keridhaan Allah tanpa menoleh kepada dunia dan pandangannya tidak bergantung dengan perhiasannya, maka dunia yang hina ini akan dating padanya. Akan tetapi barangsiapa yang dia berjihad untuk mencari ketenaran, mencari bagiannya dari kehidupan dunia yang fana, ia rela menahan kesedihan kesusahan dan penderitaan demi untuk mendapatkan pujian, sanjungan dari manusia, maka ia rugi dunia dan akherat dan hilanglah segala apa apa yang diinginkannya itu dan apa apa yang tidak diinginkannya itu dan jihadnya jadi sia sia.
“ Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.” ( QS Asy Syuraa 20 )
Ketahuilah bahwasanya ketergelincirkannya tentara tentara atau jama’ah jama’ah mereka dalam dosa dosa dan kemaksiatan itu jauh lebih hebat dampak kerusakannya yang ditimbulkannya dari pada efek yang ditimbulkan dari bom atau roket.

Sebagai penutup, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“ Bahkan seseorang yang mengikuti Nabi dan berperang atas dasar agamanya, maka sungguh ia telah berperang bersama Nabinya. Begitu juga dengan seseorang yang terbunuh karena memperjuangkan agamanya, maka sungguh ia telah terbunuh bersamanya. Dan inilah yang di fahami oleh para sahabat r.a. Bukan sebuah syarat seorang yang bersama orang yang ditaati, keberadaannya harus menyakmsikan orang yang ditaati dan melihatnya.” ( Majmu’ Fatawa: 1/6 )

Demikianlah, Allah yang lebih mengetahui. Segala puji bagi Allah di awal dan di akhir. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkepada insane suci, kekasih-Nya Muhammad bin Abdillah Saw, dan juga para sahabatnya r.a dan orang orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari bertemu dengan Allah.


Share this video :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Re-Designing Website | Abu Salwa
Copyright © 2015. Pojok Islamiyah - All Rights Reserved
Template Re-Designed by Abu Salwa Published by Pojok Islamiyah
Proudly powered by Blogger