“ THE
NEXT OSAMA “
“ Janganlah kalian
menyangka jikalau perjalanan jihad yang berjalan di setiap waktu dan tempat itu
berjalan atas satu ragam, berupa kelapangan dalam hal rizki, harta yang
berlimpah, rasa aman, penaklukan yang terus menerus, kemenangan yang terus
berkelanjutan dan kemudahan dalam setiap keadaan saja ? Akan tetapi keadaannya
setiap waktu bisa berubah ubah.”
“ Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan
menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di
antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” ( QS:
Muhammad 31 )
Kepada saudaraku yang telah
beriltizam untuk bergabung kedalam sebuah kafilah jihad ( yang di komandani
oleh Rosulullah Saw, diikuti oleh para sahabat beliau r.a, hingga hari ini dan
sampai Allah sendiri yang akan mengangkat dien ini dari muka bumi ) yang
mempunyai satu tujuan utama yakni ikut bersama sama di dalam menegakkan
iqomatudien di muka bumi, agar senantiasa bersabar, berhati hati dan waspada di
dalam meniti jalan yang telah di pilihnya itu.
Satu pilihan yang membawa satu
konsekwensi logis kepada sikap perubahan hidup, perilaku, komitmen,
kesungguhannya, pengorbanannya dan kecintaanya semata mata hanya untuk Allah
semata.
Tahun tahun dan peristiwa peristiwa
yang di lalui oleh mujahidin di dalam marhalah/tahapan ini, menuntut mujahid
untuk berfikir dan merenung secara mendalam tentang keseluruhan urusan urusan
yang sedang di hadapi itu dengan penuh keseriusan. Untuk melihat secara
obyektif perkembangan terkini yang ada di sekitarnya. Menengok kembali lembaran
lembaran setiap peristiwa di belakang kita untuk di jadikan bekal pelajaran
berharga di dalam melanjutkan perjalanannya itu ( dalam setiap kejadian ) tanpa
ada rasa takut dan lalai. Dengan begitu, setiap kejadian yang terus berkembang
bisa di sikapi dengan bijak dan tepat. Sehingga kita bisa melewati segala
bentuk rintangan dan melanjutkan perjalanan jihad yang penuh barokah ini tanpa
ada rasa bosan, jenuh, bingung, lemah dan meremehkan.
Sesungguhnya perjalan jihad yang
barokah ini tidaklah bergantung dari keberadaan seorang pemimpin, meskipun
sosok seorang pemimpin telah tiada. Akan tetapi haruslah di persiapkan beberapa
orang yang memiliki kapabilitas di dalam setiap perkara agama. Apabila satu
pemimpin meninggal, maka yang lainnya siap untuk menggantikan posisinya, dan
hendaknya tujuan seluruh kaum muslimin untuk menegakkan dien dan berjihad
menegakkan diennya sekuat mungkin dan agar tidak bergantung kepada siapa yang
memimpin. Dengan kondisi yang seperti itu maka seluruh urusan mereka akan
langgeng dan perkara mereka akan stabil.
Sesungguhnya luka luka yang terdapat
di dalam tubuh, berkurangnya jumlah personil, dengan hilangnya orang orang yang
dicintai dan bertumpuk tumpuknya kesedihan, maka hal itu tidaklah membuat hati
mereka jadi lemah, tidak mematahkan semangat mereka, tidak membuat mereka
kalah, tidak membuat mereka mundur dari jihad, atau menjauhkan mereka dari
jihad dan menjauhkan dari ketabahan, dengan begitu sehingga mengajarkan kepada
Ummat ini bahwasanya perjalanan jihad ini harus terus berlansung dan tongkat
estafet jihad harus di teruskan bagaimanapun kondisi mereka.
Ingatlah Firman Allah :
“Janganlah kamu berhati lemah dalam
mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya
mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang
kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ( QS: An Nisaa’ 104 )
Pada ayat tersebut mengisyaratkan
akan kuatnya hubungan, sikap saling tolong menolong, kedekatan, loyalitas,
kekuatan kecintaan, kasih saying dan adanya sikap keterkaitan di setiap urusan
yang sedang di hadapi di dalam jihad.
Sesungguhnya jihad kalian adalah
dengan amal amal sholeh kalian, oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan
Pertama : Perbanyaklah do’a kepada Rabb
kita, agar Allah meneguhkan tempat berpijak kita, dan menguatkan kesabaran kita
di dalam menghadapi setiap hambatan, kesulitan dan kesusahan di dalam
perjalanan jihad.
Kedua : Ikhlaskanlah niat karena Allah
semata dan hanya mengharap balasan dari-Nya saja.
Ketiga :Berkacalah dan ambillah ibroh
kepada para pendahulu kita dari orang orang yang memiliki kemauan keras,
keberanian, kesabaran di dalam menghadapi setiap terror dan menyikapi setiap
musibah.
Keempat : Perbanyaklah Istighfar kepada Rabb
kita, jujur dalam bertaubat, dan mengakui setiap bencana yang menimpa kita itu
di sebabkan karena dosa dosa kita.
Kelima : Menampakkan kefakiran kepada
Allah, bahwasanya kita selalu butuh pertolongan-Nya di setiap keadaan.
Keenam : Usirlah setiap kelemahan hati,
dengan menghibur diri kita bahwa apa saja yang menimpa kalian berupa kesakitan
cidera, dan sejenisnya hal itu juga menimpa musuh musuh kalian.
Ketuju : Yakinlah bahwa setiap kemenangan
dan kemudahan itu berasal dari Allah saja, bukan karena kelengkapan fasilitas,
kecerdasan dan kekuatan diri kita.
Kedelapan : Kewaspadaan yang sangat dari
bermaksiat kepada Allah dan kekhawatiran akan terjatuh di dalamnya atau
meremehkannya.
“ Sesungguhnya orang-orang yang
berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka
digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka
perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” ( QS: Ali Imran
155 )
Diantara maksiat yang dapat
menghantarkan kepada kegagalan dan kelemahan adalah karena berselisih, bercerai
berai, menyelisihi perintah pemimpin pemimpin dan melakukan siasat untuk keluar
dari pemenuhan perintah pemimpin. Allah telah mengingatkan
“ Dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” ( QS: Al Anfal 46 )
“ Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” ( QS: An Nisaa’ 59 )
“ Dan apabila datang kepada mereka
suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya.
Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka,
tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia
dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali
sebahagian kecil saja (di antaramu).” ( QS: An Nisaa’ 83 )
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata
: “ Kapanpun Ummat ini berjihad, niscaya Allah akan melembutkan hati hati
mereka, dan kapanpun mereka itu meninggalkan jihad maka sebagian mereka akan
sibuk dengan sebagian yang lain.”
Barangsiapa berjihad di jalan Allah
untuk mencari keridhaan Allah tanpa menoleh kepada dunia dan pandangannya tidak
bergantung dengan perhiasannya, maka dunia yang hina ini akan dating padanya.
Akan tetapi barangsiapa yang dia berjihad untuk mencari ketenaran, mencari
bagiannya dari kehidupan dunia yang fana, ia rela menahan kesedihan kesusahan
dan penderitaan demi untuk mendapatkan pujian, sanjungan dari manusia, maka ia
rugi dunia dan akherat dan hilanglah segala apa apa yang diinginkannya itu dan
apa apa yang tidak diinginkannya itu dan jihadnya jadi sia sia.
“ Barang siapa yang menghendaki
keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa
yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari
keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.” ( QS Asy
Syuraa 20 )
Ketahuilah bahwasanya
ketergelincirkannya tentara tentara atau jama’ah jama’ah mereka dalam dosa dosa
dan kemaksiatan itu jauh lebih hebat dampak kerusakannya yang ditimbulkannya
dari pada efek yang ditimbulkan dari bom atau roket.
Sebagai penutup, Syeikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata :
“ Bahkan seseorang yang mengikuti
Nabi dan berperang atas dasar agamanya, maka sungguh ia telah berperang bersama
Nabinya. Begitu juga dengan seseorang yang terbunuh karena memperjuangkan
agamanya, maka sungguh ia telah terbunuh bersamanya. Dan inilah yang di fahami
oleh para sahabat r.a. Bukan sebuah syarat seorang yang bersama orang yang
ditaati, keberadaannya harus menyakmsikan orang yang ditaati dan melihatnya.” (
Majmu’ Fatawa: 1/6 )
Demikianlah, Allah yang lebih
mengetahui. Segala puji bagi Allah di awal dan di akhir. Semoga shalawat serta
salam tetap tercurahkepada insane suci, kekasih-Nya Muhammad bin Abdillah Saw,
dan juga para sahabatnya r.a dan orang orang yang mengikuti mereka dengan baik
sampai hari bertemu dengan Allah.
0 komentar:
Posting Komentar