Subscribe: Playlist Abu Rusydan
Photobucket HUmvee2 Photobucket

Sparkline

Home » » Futur Setelah Menikah......

Futur Setelah Menikah......








 FULANAH merasa penat dan gelisah. Padahal ia baru setahun menjalani kehidupan barunya dalam berumah tangga. Seakan akan akan kehidupan yang ia jalani itu terasa berat sekali dan melelahkan, jika di bandingkan dengan kehidupanya sebelum menikah dulu. Pekerjaan rumah yang kian menumpuk dari mulai menyapu, mengepel, mencuci piring dan mencuci pakaian ( baik pakaianya sendiri maupun pakaian suaminya ), menyetrika baju, memasak dan membuat menu yang pas dan pekerjaan yang lainya, harus ia kerjakan setiap harinya tanpa pernah ada waktu libur atau cuti. Di tambah lagi setelah sebulan lebih setelah ia melangsungkan akad nikah dan walimah, dirinya telah di nyatakan positif berbadan dua. Ada dua perasaan dalam dirinya, senang karena perkawinannya membuahkan hasil ( ia beruntung di banding dengan tetangganya yang telah berumah tangga 15 tahun lebih belum di karuniai anak ). Akan tetapi ia juga sedih, karena beban tanggung jawabnya kian bertambah banyak dengan kehadiranya si mungil, dengan masih melekatnya pekerjaan rumah tangga sebelumnya.
Praktis waktu 24 jam yang ia miliki seolah olah masih sangat kurang. Ia merasakan semakin seabrek aktivitas harianya. Walaupun kadang sang suami membantu sebagian pekerjaannya itu meskipun tak banyak. Ia menyadari memang sang suami tak banyak ia harapkan untuk membantu meringankan beban dirinya, karena seharian sudah sibuk membanting tulang mencari nafkah dan juga sudah sibuk dengan aktivitas dakwahnya, bahkan tak jarang sang suami harus keluar kota karena ada suatu keperluan.
Itulah rutinitas monoton yang terus ia jalani setiap harinya. Sehingga membuat fisiknya layu dan jiwanya kering. Itulah fakta di lapangan yang sering terjadi.
Karena kesibukannya mengurus pekerjaan hariannya, jangankan untuk hadir di majelis ta'lim penyubur iman dan ilmu, mushaf Al Qur'an miliknya pun sudah lama tak ia sentuh dengan alasan kesibukanya itu.

Seorang muslimah atau pegiat amal Islami yang dulunya ia rajin mendatangi majelis majelis ta'lim, dan rakus dengan ibadah ibadah sunah, banyak berguguran justru di " Medan " mereka yang sesungguhnya.
Pernikahan yang seharusnya sebagai penggenap setengah dari diennya, justru menjadi kuburan bagi amal amal yaumiyahnya ( amal amal harianya ). Ya. Karena pekerjaan rumah tangganya sehari hari yang banyak menyita perhatianya itu sehingga lambat laun ia terjangkiti penyakit " FUTUR ". Seolah olah ia tidak tau apa yang harus ia perbuat untuk meringankan beban dirinya itu.
Jika hal tersebut di biarkan berlama lama, maka yang terjadi pada satu titik tertentu ia bisa berbelok 180 derajad. Keislamanya yang dulu sebelum menikah begitu bersemangat, lambat laun jika di biarkan akan pudar sedikit demi sedikit. Seakan akan orang yang telah di tarbiah ( kenal majelis majelis ilmu ) dengan orang yang tidak kenal Islam sama, tidak ada bedanya.
Dulunya ia berpakaian muslimah yang baik, akan tetapi karena penyakit futurnya yang telah parah, lambat laun jilbabnya yang dulunya besar sedikit demi sedikit mengecil dan hilang ( tak berjilbab sama sekali ).
Hal tersebut akan sangat mempengaruhi kerja dari sang suami dalam berdakwah. Tugas dakwah sang suami akan semakin berat dan bisa jadi pada satu titik sang suami juga akan sama seperti dirinya. Berhenti dari medan dakwah yang di gelutinya.
Fenomena yang demikian juga terjadi di tubuh ummat Islam hari ini.
Di era globalisasi, persaingan kerja semakin ketat, pertarungan al haq dan al batil semakin sengit, al batil semakin gencar dalam perang pemikiran dan terorganisir rapi, maka satu demi satu para pegiat amal Islami jatuh berguguran.
Bisa jadi hal tersebut di mulai dari dalam keluarganya sendiri ( keluarga si pegiat amal Islami itu ) yang kurang medapat perhatian yang serius.
Tak sedikit para aktivis Islam yang dulunya lantang menyuarakan al haq, lambat laun suaranya parau, taringnya patah, daya cengkramnya hilang dan cara pandangnya jadi kabur dan sempit, sehingga tak sedikit yang justru ikut bergabung di fihak al batil. Hal itu bermula karena dorongan dari sang istri yang telah terkena penyakit futur akut tadi ( stadium 5, kalau penyakit bukan lagi sangat parah ).


Hadirkan Hati


Pada dasarnya, seluruh pekerjaan rumah tangga yang sangat melelahkan adalah bagian dari rangkaian ibadah kepada Allah Ta'ala. Ibadah bukan hanya sebatas Rukun Islam saja. Akan tetapi amal ibadah di luar rukun Islam , sangat banyak sekali jenisnya dan juga tingkat ke afdholannya juga bertingkat tingkat. Adapun amal ibadah yang terdapat dalam rukun Islam hanyalah sebagai dasarnya saja dan sebagai salah satu contoh amal amal ibadah yang Allah syareatkan kepada manusia serta bukanlah mencakup keseluruhan dari amal ibadah Islam. Di luar rukun Islam ada perintah untuk memuliakan tamu, berbuat baik pada tetangga, berbuat baik pada kedua orang tua, dan masih banyak lagi. Itu yang harus di sadari.
Namun, sering kali hal ini kurang di sadari dan di maknai secara mendalam.
Kebanyakan orang awam mengira kalau sudah mengucapkan 2 kalimat syahadat, mendirikan sholat ( baik itu sholat wajib, maupun sholat sholat sunah yang lainnya ) dengan tertib, terakhir sudah berangkat Haji ( yang rizkinya berlimpah beberapa kali bahkan ) sudah bagus keislamannya. Merasa tiket masuk Jannah sudah dalam genggamannya.
Ironisnya jika ada orang yang memberitahukan amal amal ibadah yang lainnya yang harus ia kerjakan juga selain dari rukun Islam, ia mengernyitkan dahi, tak jarang karena kebodohannya akan Islam itu sendiri ia malah meradang. Ia merasa apa apa yang di beritahukannya itu sesuatu yang aneh, tidak lazim di lakukan di lingkungannya. Padahal dengan sikapnya itu ia malah dapat menutup pintu hidayah dan membuka selebar lebarnya pintu yang dapat membuat dirinya layu, mudah berputus asa menghadapi ujian hidup di dunia ini, sehingga seakan akan kehidupan yang di jalaninya sangat berat dan monoton. Dan pada titik tertentu stres dan putus asa akan hinggap pada dirinya ( bukan hanya penyakit futur ).
Hal itu berawal dari pandangannya mengenai makna ibadah yang sangat sempit.
Padahal Syaikhul Islam IbnuTaimiyyah mendefinisikan ibadah sangatlah luas sekali ( dengan bahasa yang mudah ) :
" Seluruh amal perbuatan manusia, baik itu yang dhohir maupun yang batin demi meraih kecintaan dan keridhoan Allah, dari manusia itu bangun tidur hingga ia tidur kembali adalah satu rangkaian dari ibadah ".
Jadi kesadaran itu penting, sedangkan kesadaran itu akan tumbuh manakala di dasari oleh ilmu yang benar. Rosulullah Saw berdakwah di Makkah 13 tahun adalah dakwah untuk menumbuhkan kesadaran dengan landasan aqidah. Karena Rosulullah Saw tau betul hakekat dienul Islam itu tanpa di dasari atas kesadaran adalah berat untuk di laksanakan oleh manusia dan tidak akan mampu merubah keadaan manusia itu sendiri.

Sadar, bahwa apa apa yang di lakukannya adalah bagian dari ibadah ( tentunya setelah ia mengetahui ilmunya dengan benar, tidak hanya ikhlas saja dan hanya ikut ikutan pada kebanyakan orang umum ). Sadar, bahwa seluruh manusia ( baik yang kafir maupun yang muslim ) di dalam mengarungi kehidupan ini berjalan di bawah derasnya ujian Allah atas manusia, kesusahan demi kesusahan akan datang silih berganti hingga ia menemui ajal.
Sadar, bahwa kesemuanya butuh proses, yang terkadang proses itu berjalan sangat lambat dan melelahkan, walaupun ia telah berusaha dengan sungguh sungguh ( apalagi yang tidak sungguh sungguh, akan lebih lambat lagi proses itu ), semuanya tidak bisa instan ( langsung jadi seperti membalikkan telapak tangan ) dan ia tau itu hukum sebab akibat yang telah Allah tetapkan bagi seluruh manusia di dunia ini.
Sadar, bahwa hidup di dunia ini adalah ladang amal, bukan ladang menerima hasil dari amal yang akan ia tuai besok diakherat kelak, sehingga apa apa yang ia dapatkan di dunia ini ( apakah kesenangan atau kesusahan ) bagaimana mewujudkan kata sabar dan kata syukur.
Memang setiap manusia mempunyai obsesi obsesi, keinginan demi keinginan, sesuatu yang mengenakkan, dan nyaman ( itu fitroh manusia ) akan tetapi ketetapan dan takdir Allah berlaku atas seluruh manusia, yang tiap tiap manusia kadarnya beda beda, yang terkadang manusia itu keluar dari satu takdir Allah akan tetapi masuk kepada takdir Allah yang lainnya.

Oleh karena itu orang yang sadar, ia akan menikmati kehidupannya di dunia ini yang ia jalani ( apa pun keadaannya).
Berkata Ibnu Qoyyim : " Orang yang selalu sadar ( untuk beribadah ) maka pekerjaan rutinitasnya adalah ibadah ( selalu bersemangat ) . Sedangkan orang yang lupa dan lalai maka amalan ibadahnya pun baginya hanyalah merupakan hal rutinitas dan kebiasaan saja ( semangatnya akan redup )".

Lakukanlah tugas tugas harian di dalam rumah tangga kita masing masing dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati. Tanpa kehadiran hati, maka fisik kita yang bekerja tak ubahnya seperti robot. Seseorang yang beramal sholeh ( apa pun jenis amal perbuatannya setelah ia mengetahui ilmunya dengan benar ) dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati, menandakan hatinya sehat. Dengan sehatnya hati tersebut yang akan menopang seluruh amal amal perbuatan yang akan ia kerjakan dengan ringan ( tau tau selesai sendiri, padahal diawal kelihatannya berat untuk di kerjakan ). Akan tetapi jika hatinya sakit ( ada penyakit, walaupun ia tau amal yang akan di kerjakannya ada dasar landasannya dan besar pahalanyadi sisi Allah ), maka ia akan merasa berat untuk mengerjakanya, dan kalaupun di paksa hatinya ada rasa mendongkol dan bibirnya ngomel sendiri ( hal tersebut sering terjadi pada diri kita ).
Nikmati saja aktivitas rutinitas kita sehari hari, karena peran yang kita jalan adalah sebuah anugrah dari Allah yang tidak di berikan kepada semua orang. Menjalaninya dengan penuh rasa syukur, akan membantu kita menemukan kebahagiaan hidup.
salah satu tanda di terimanya amal seseorang oleh Allah adalah dengan di mudahkannya ia melakukan amal yang yang lain, setelah amal perbuatan yang pertama selesai. Dan tanda tertolaknya amal seseorang oleh Allah, jika dirinya setelah melakukan amal sholeh, selanjutnya ia melakukan kemaksiatan, kedholiman, atau bahkan kebid'ahan dan kemusyrikan.

Bagi seorang muslimah, menikmati waktu waktu di rumah tanpa harus terjebak dengan hiruk pikuk dunia luar ( walaupun tak jarang karena kebutuhan ekonomi yang mendesak sang ibu juga ikut membantu sang suami mencari nafkah, demi tercukupinya kebutuhan sehari harinya ), nikmati waktu memasak dengan memvariasi menu dan menata rumah dengan penuh artistik, menikmati waktu bercengkrama dengan anak anak dan ikut bermain bersama mereka ( mengarahkan), yang kesemuanya itu akan menambah keindahan hidup kita.
Bagi sang ayah, menikmati pekerjaannya dan bersungguh sungguh dalam mencari nafkah keluarga, menikmati aktivitas dakwahnya ( karena beban tugas menyampaikan al haq secara terus terang adalah salah satu tugas yang harus di laksanakannya pula ), dan menikmati saat saat bersama keluarga di sela sela kesibukannya mencari nafkah dan berdakwahnya yang banyak menyita waktu ( karena tarbiah di mulai dari keluarganya terlebih dulu ), ia manfaatkan semua itu dengan maksimal.

Kisah Fatimah putri Rosulullah Saw seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita semua ( para pegiat amal Islami hari ini umumnya, khususnya para muslimah ).
Ia harus menggiling gandum sendiri untuk di buat kue hingga membekas tebal di telapak tangannya. Putri Nabi dan istri sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib r.a, harus menggiling, membuat adonan roti sendiri dan melaksanakan pekerjaan rumah tangganya. Yang suatu ketika ia meminta pembantu kepada sang ayahandanya untuk sedikit meringankan beban pekerjaannya sehari hari. Sang ayah ( Rosulullah Saw ) menawarkan kepada putrinya itu sesuatu yang lebih baik dari sekedar yang dimintanya itu.  "  Maukah kamu berdua  aku tunjukkan  yang lebih baik dari  pada  seorang pembantu? Bila kalian berdua hendak berbaring di tempat tidur kalian, bertakbirlah 34 kali, bertahmidlah 33 kali, dan bertasbihlah 33 kali. Maka yang demikian itu jauh lebih baik bagi kalian dari pada apa yang kalian minta".

Itulah wasiat Rosulullah kepada putrinya, Fatimah r.a, pemimpin para wanita penghuni jannah. Bisa saja Rosulullah Saw memenuhi permintaan putrinya itu, akan tetapi Rosulullah Saw tau, dengan memberikannya seorang pembantu rumah tangga bagi putrinya itu bukanlah menyelesaikan permasalahan yang di hadapi putrinya itu setiap hari, karena kehidupan manusia hakekatnya selalu di liputi oleh permasalahan demi permasalahan ( senantiasa datang silih berganti apakah masalah yang sepele atau serius) sampai manusianya itu menemui kematian, sehingga Rosulullah Saw menyarankan untuk minta kepada Dzat pembuat ujian ujian bagi manusia yaitu Allah Tabaroka Wata'ala, dengan perantaraan amal sholeh yaitu dzikir kepada Allah sebelum tidur, yang dengan dzikir tersebut manfaatnya dapat menenangkan hati dan pikiran.
Dengan ketenangan hati dan pikiran itu keletihan yang dirasakan oleh jasad akan reda. Lain halnya jika badan  tak melakukan kegiatan berat ( kelihatannya santai dan banyak istirahatnya ), akan tetapi hati gundah gulana dan fikirannya selalu berkecamuk, maka ia tidak dapat tidur, makan tidak enak, seluruh kemudahan fasilitas yang menunjang kehidupanya tidak dapat ia rasakan.
Oleh karena itu Rosulullah Saw memberikan pada putrinya itu sesuatu yang paripurna dan awet.


Siasati dengan Baik



Islam adalah aturan dari Allah untuk manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Artinya seluruh permasalahan hidup manusia dapat di pecahkan dan di selesaikan di dalam Islam secara sempurna, yang hal tersebut tidak dapat di temui pada dien dien yang lain. Setelah seseorang mengucapkan 2 kalimat syahadat, maka pada saat itu juga kewajiban atas dirinya untuk melakukan dan menjalankan amalan amalan yang di tuntut oleh Islam. Seluruh amal amal yang di tuntut oleh Islam untuk dikerjakan oleh orang yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat tadi terangkum dalam satu kata yaitu Ibadah. Ibadah itu sendiri sebagai bentuk ujian keimanan dari Allah atas manusia sebagaimana firman Allah dalam QS: Al Mulk 2:
" Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya". ( QS: Al Mulk 2)

Di samping sebagai bentuk ujian, ibadah berfungsi sebagai penenang hati dan fikiran manusia jika di kerjakan dengan penuh keikhlasan dan menurut kaidah kaidah syar'i ( tidak menambah nambah atau mengurangi sesuai akal dan nafsu ).
Oleh sebab itu di sela sela kesibukan kita ( apakah itu pekerjaan rumah tangga harian yang ndak habis habis, juga kesibukan bekerja mencari nafkah, sertakesibukan berdakwah ), masih banyak peluang untuk menjaring amal ibadah.  Prioritaskan yang wajib terlebih dulu, baru yang sunah.
Maksimalkan kualitas sholat lima waktu dengan penuh kekhuyu'an. Khusyu' artinya tepat waktu, berjama'ah, bagi laki laki di lakukan di masjid ( apapun kesibukan kita, kita penuhi panggilan sholat tersebut ), dan tuma'ninah. Kelihatanya ringan di kerjakan, akan tetapi pada prakteknya sangat berat dikerjakan ( walaupun hanya sekedar sholat lima waktu saja ).
Ibarat mandi lima kali sehari, sholat menjadi penyegar jiwa kita sehari hari. Oleh sebab itu pernah suatu kali Rosulullah Saw bersabda pada sahabat Bilal r.a : " Istirahatkam kami, wahai Bilal dengan sholat".

Manfaatkanlah sepertiga malam terakhir kita dengan qiyamullail, tilawah , dzikir dan muhasabah. Mengapa bulan Romadhon begitu indah, karena di sana ada qiyamullail atau dengan bahasa yang lain qiyamurromadhon, atau sholat terawih, makanya orang melakukan akitivitas sehari hari begitu ringan ( walau perut dalam keadaan kosong ).
Apakah hal tersebut hanya berlaku pada bulan Romadhon saja? Tidak. Bulan bulan yang lainnya pun sama. Artinya orang yang pada malam harinya ia melakukan qiyamullail, maka pada pagi harinya ia melakukan aktivitas akan terasa ringan. Beda dengan orang yang semalaman ia terbuai mimpi di tempat tidur hingga waktu subuhnya terlambat, seakan akan aktivitas harianya terasa monoton.
Sempatkanlah sholat dhuha meskipun hanya dua rekaat.Rajinnya seseorang mendirikan sholat dhuha dan rajin sholat malam, bukannya agar rizkinya di pagi hari jadi lancar dan bertambah banyak. Seandainya Allah mengujinya dengan kesempitan rizki, yang pada mulanya ia di karuniai kelapangan rizki ( kebetulan atau tidak ia rajin sholat malam dan sholat dhuha , ia mengira dengan hal tersebut rizkinya lancar ), lantas dengan kesempitan rizki ( pada waktu yang panjang ) apakah ia akan menghentikan sholat malamnya dan sholat dhuhanya?. Hal itu yang harus di luruskan niatnya.
 Ruas ruas persendian kita pada satu riwayat ada 360 persendian, yang kesemuanya itu haruslah di shodaqohi. Cukup dengan 2 rekaat sholat dhuha telah terbayar lunas. Di samping, sebagai pemberat timbangan amal kita besok di hari kiamat, sholat malam dan sholat dhuha juga sebagai sarana penenang hati yang paling efektif di sela sela kesibukan kita sehari hari.

Anak rewel ?, dakwah Islamiyah di halang halangi?,  permasalahan selalu menyapa kita?, Okelah kalau itu permasalahan yang sedang kita hadapi, akan tetapi tidak setiap saatkan anak rewel, tak setiap saat dakwah di rintangi,dan tidak setiap saat ada masalah menghampiri kita kan ? Sesuaikan saja dengan kondisi kita yang ada ( setiap orang kondisinya lain lain ). Allah Tabaroka Wata'ala paling tahu, apakah kita benar benar berudzur atau hanya beralasan saja.
Sambil menyelam minum air.
Hal itu juga dapat kita terapkan dengan mendengarkan murottal dan ceramah Islam sambil kita beraktivitas. Asalkan harus benar benar di dengarkan dan di perhatikan betul, bukan sambil lalu. Begitu juga dengan dzikir, tentu bisa di lakukan dengan menyapu lantai atau yang lainnya.
Ibarat sinyal dan telepon seluler. Hp tidak bisa di gunakan jika tidak ada sinyal. Begitu juga dengan tilawah Qur'an ( baik itu di baca atau mendengarkan saja ) dan dzikir, ibarat hati kita dengan Allah Ta'ala ada sinyal yang selalu nyambung, sehingga hati kita jadi sehat dan hidup.
Luangkanlah waktu ba'da isya' atau ba'da subuh untuk saling berbagi permasalahan, dan saling memberikan tausiyah antara suami dan Istri. Termasuk pula membicarakan bagi diri kita untuk ikut hadir di majelis ta'lim yang ada di luar.
Hal itu bisa di ibaratkan kebutuhan jasad kita dari makanan pokok sehari hari kita. Tubuh akan lemas dan tidak bertenaga jika kita kurang makan. Begitu pula dengan hati. Hati akan layu dan mati serta mengeras bagai batu, jika jarang atau tidak pernah mendapat siraman rokhani, atau jarang mendengarkan tausiah tausiah.

Kesemuanya akan terasa ringan jika di kerjakan sedikit demi sedikit, tetapi rutin. Karena Rosulullah Saw bersabda : " Amalan yang paling di cintai Allah Azza Wajalla adalah amalan yang kontinyu walaupun sedikit". ( HR. Muslim )
Dari hadist tersebut ada hal yang menarik jika mau melaksanakan artinya dalam diri kita akan muncul perasaan selalu ingin menambah dan menambah amalan hingga pada satu titik jenuh menghampiri kita. Jika kita pada satu titik jenuh, maka kita ulangi asmalan tersebut dari awal lagi.
Contoh:
Setelah kita melaksanakan sholat ( maghrib misal ), di samping tepat waktu dan berjama'ah sempatkanlah dzikir ba'da sholat, lalu 2 rekaat sesudahnya, sesudah itu kita lanjutkan baca Qur'an 10 ayat saja ( ndak usah banyak banyak ). Hal itu kita lakukan sesudah sholat maghrib saja dengan sempurna, sedangkan 4 waktu yang lain tidak ( hanya dzikir saja dan berdo'a sesudahnya ). Akan tetapi kita lakukan seminggu saja. dengan catatan amalan tersebut jangan di tambah dan jangan dikurangi ( 2 rekaat sesudah sholat maghrib jangan di hilangkan dan membaca 10 ayat jangan di tambah ). Pastilah hati kita ada rasa ingin menambah amalan tersebut.
Apakah itu sholat sunahnya ( tidak hanya pada setelah sholat maghrib saja ) atau bacaan ayat yang hanya sepuluh ayat itu. Jika kita ingin menambah tambah saja sholat sunahnya setelah sholat Isya' ( 3 waktu yang lain tidak ) dan bacaan 10 ayat setelah sholat maghrib serta 2 rekaat setelah maghrib harus masih tetap jalan. Hal itu kita lakukan selama seminggu pula. Pastilah kita akan merasa ingin menambah amalan lagi dan menambah amalan lagi. begitu seterusnya.

Dan sebagai penutup. Sebuah hal yang wajar terjadi pada diri kita, jika kita merasa lelah, jenuh dan bosan. kita adalah manusia biasa yang semuanya mempunyai tabiat begitu. Jangankan diri kita, pun para sahabat rodhiyallahu 'anhum mengalami dan merasakan hal tersebut ( lelah jenuh dan bosan ). Yang penting, segera kita atasi perasaan tersebut.
Medan rumah tangga adalah medan tempur yang sebenarnya bagi seorang muslimah. Menjadi Istri dan ibu adalah pembuktian keistiqamahan.
Medan dakwah yang terjal dan penuh dengan hambatan adalah medan tempur bagi para pegiat amal Islami, jika kita mundur kebelakang, maka janji Allah pada QS: Al Maidah 54, Allah Ta'ala akan mengganti diri kita ( yang tidak mau membela dienullah di muka bumi )  dengan kaum yang lain yang lebih baik dari kita, sehingga kita sendiri yang akan merugi di akherat kelak.

" Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan ( pula ) menyerah ( kepada musuh ) ". ( QS: Ali Imran 146 )
" ( Kami jelaskan yang demikian itu ) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang di berikan Nya kepadamu" . ( QS: Al Hadid 23 )

Marilah kita jawab tantangan ini. Futur setelah menikah ? No Way ! Biidznillah. Karena segala sesuatu kekuatannya dari Allah semata.

Wallahu a'lam bisshowwab.
Share this video :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Re-Designing Website | Abu Salwa
Copyright © 2015. Pojok Islamiyah - All Rights Reserved
Template Re-Designed by Abu Salwa Published by Pojok Islamiyah
Proudly powered by Blogger