Subscribe: Playlist Abu Rusydan
Photobucket HUmvee2 Photobucket

Sparkline

Home » » Bersinergi Dalam Iqomatuddien

Bersinergi Dalam Iqomatuddien



 " Bagi Seorang Pegiat Amal Islami Hidup Adalah Sebuah Pilihan, Sadar Akan Tanggung Jawab Itu Yang Di Tumbuh Kembangkan "


Ibarat sebuah tangga, seorang muslimah harus demikian di dalam menapaki setiap perannya dalam kehidupan ini. Satu peran yang menuntutnya untuk dapat berkontribusi secara aktif dalam perjuangan iqomatuddien hari ini.
Tentunya setiap anak tangga memiliki tuntutan yang berbeda beda, akan tetapi kewajiban asasi yang mendasarinya tak pernah berubah, yaitu senantiasa memperbaiki diri sendiri dan menyeru orang lain untuk beribadah kepada Allah saja. Inilah kewajiban yang paling mendasar dan pokok dalam dakwah dan iqomatuddien.
Sepanjang hayat masih di kandung badan, nafas yang mengalir dalam diri seorang muslimah ( pegiat amal Islami ) haruslah nafas pergerakan dalam rangka menghambakan dirinya dan setiap manusia pada umumnya untuk memurnikan setiap bentuk perbadatannya hanya kepada Allah Azza wajalla saja. Disana tidak ada kata lelah dan istrirahat untuk itu, karena hakekat istirahat adalah sebuah kelalaian, sebagaimana yang di katakan oleh Imam Sayafi’i rokhimahullah mengingatkan ummat ini akan kecenderungannya.
Bahkan setelah menikah dan berkeluargapun, kewajiban itu semakin di kukuhkan
Melalui  Firman Allah :

" Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." ( QS: At Tahriim 6 )

Kini  seorang muslimah tidak lagi sendirian setelah memasuki gerbang  pernikahan.  Sudah ada sang suami yang telah menggenapkan separuh dari diennya.  Berharap  azam dalam dakwah dan beriqomatuddiennya semakin kuat dengan komitment dan kebersamaan.
Memulai dan menapaki kariernya sebagai seorang muslimah yang sebenarnya. Bersama sama menegakkan satu keluarga muslim  yang ideal ditengah tengah gempuran budaya dan peradapat Barat yang selalu ingin melindasnya.
Ya, saling bahu membahu antara sang suami dan istri dalam membangun tunas tunas  baru peradapan, saling menyempurnakan tugas dan kewajiban masing masing menurut syare’at Islam yang adil dan sempurna.

Backup bagi Sang Suami

Tidaklah berlebihan kiranya jika di sebutkan, bahwa di balik setiap laki laki yang besar pastilah ada seorang wanita di belakangnya yang sedikit banyak memberikan kontribusi. Ada satu peran penting yang di mainkan oleh seorang wanita dalam mendukung kebesaran namanya. Apapun profesinya, apapun bidangnya, dan apapun kehebatannya.
Mereka ( para laki laki ) tak mungkin melaju kedepan sedemikian rupa dengan sendirinya.  Didalamnya selalu ada keuletan, kesabaran, kesetiaan, dukungan, pengorbanan dan do’a seorang ibu atau seorang istri baginya.
Setiap orang yang telah menikah pastilah merasakan betapa ia membutuhkan akan keberadaan seorang istri di sisinya. Yang demikian itu Allah Azza Wajalla telah menegaskan di dalam  Firman-Nya:

" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." ( QS: Ar Ruum 21 )

Kecenderungan fitrah ini merupakan satu karunia Allah Ta’ala yang sangat besar yang harus kita syukuri.  Satu karunia yang tak mungkin tergantikan dengan yang lainnya.  Karunia yang menjadikan kehidupan seorang muslim jadi penuh warna dan semangat hidup ( walaupun banyak beban hidup sering menghimpitnya ). Sehingga tak mengherankan, jika seorang wanita dapat memenuhi seluruh multi peran dan fungsinya itu bisa melampaui seluruh perhiasan dan kenikmatan yang ada di dunia ini.
Rosulullah  Shallahu ‘alaihi  Wassalam bersabda :
“ Dunia adalah perhiasan, dan sebaik baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah.” ( HR. Muslim )
Ada sebuah rahasia yang lain mengenai peran seorang istri yang tersirat dalam ayat ayat-Nya.  Yaitu kata ‘ taskunu ‘ dalam Al Qur’an hanya kita jumpai ( selain ayat diatas ) pada ayat ayat berikut yang kesemuanya berbicara mengenai malam, yaitu :

" Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar." ( QS: Yunus 67 )

" Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. ( QS: Al Qashash 73 )

" Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." ( QS: Al Mukmin 61 )

Maha suci allah yang telah menjadikan malam sebagai waktu untuk istirahat. Yang tersirat dalam ayat ayat diatas.  Bagaimana seharusnya seorang istri bisa memberikan ketenangan malam bagi sang suamiuntuk beristirahat dari segenap kelelahannya, kegundahan dan permasalahan yang dihadapinya. Inilah seharusnya yang ideal bagi seorang wanita dalam multi perannya sebagai seorang istri.
Menjadi backup bagi sang suami di seluruh medankehidupan dan perjuangannya.
Dalam realitas kehidupan seorang mujahid, seorang istri harus menyadari benar konsekwensi jalan yang akan di tempuhnya ( demi meraih kecintaan dan keridhoan alah semata ). Sehingga ia tidak berangan angan sesuatu yang mustahil diraihnya ( berangan angan memang di bolehkan, akan tetapi yang di larang adalah panjang angan angan ). Dan implikasinya, ia bisa mengambil peran dan memberikan kontribusi yang tepat dan terbaik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya  serta bersungguh sungguh.
Suaminya bukanlah seperti suami kebanyakan yang bekerja, pergi pagi hari pulang sore hari, membawa rizki dunia, yang selalu ada setiap saat disisinya, bercengkrama setiap hari dalam sebuah rumah yang nyaman , serta berangan angan lainnya yang mungkin sempat menyelinap dalam hati dan pikiran manusiawi seorang istri pada umumnya.
Jauhkanlah pikiran angan angan itu, yang membuat kita menjadi lemah dan pengecut dalam menapaki kehidupan ini ( jika kita telah berazam untuk menapaki kehidupan ini sebagaimana yang di tapaki oleh generasi awal ummat ini )
Kemulyaan diraih bukan dari seberapa besar kenikmatan dunia yang dapat kita nikmati, bahkan dunialah yang kebanyakan menjadi penghalang terbesar bagi seorang mukmin pegiat amal Islami untuk menapaki jalan kemulyaan yang ia cita citakan (jalan jihad fie sabilillah dengan segala komponen komponen pendukung di dalamnya ). Akan tetapi kemulyaan itu di raih dari seberapa besar pengorbanan yang telah kita berikan untuk meraih keridhoan dan kecintaan Alah demi  kemulyaan dan kejayaan Islam dan kaum muslimin, sampai seluruh hukum Allah tegak di muka bumi di dalam menghukumi setiap manusia  dan seluruh manusia tunduk atas seluruh hukum hukum Allah tersebut. Jika hal itu belum terwujud, maka perjuangan dan pengorbanan masih terus berkelanjutan hingga seorang mukmin pegiat amal islami itu menemui Al maut.

Ummul Mukminin, khadijah r.a adalah sesosok wanita backup terbaik bagi kelangsungan dakwah dan perjuangan Rosulullah SAW di awal bi’tsah ( kerasulan ). Kepercayaan beliau yang sangat, dukungan penuhnya dengan seluruh jiwa dan raga bahkan hartanya juga tak segan segan di berikan demi perjuangan Rosulullah SAW, perlindungannya, perasaan aman dan tentram yang beliau hadirkan di tengah kegundahan dan ketakutan Rosulullah SAW saat pertama kali menerima wahyu. Juga solusi nyata yang beliau berikan dengan mengajak Rosulullah SAW menemui anak pamannya, Waroqoh bin Naufal, adalah sebuah kenangan tersendiri bagi Rosulullah yang tak mudah untuk di lupakan dan tergantikan begitu saja, sehingga pernah Aisyah r.a sangat cemburu kepadanya.
Oleh sebab itu pula Jibril menyampaikan salam untuknya. Abu Hurairah berkata; “ Jibril dating kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam dan berkata,” Khadijah akan dating kepadamu membawa lauk,makanan atau minuman. Jika telah dating, sampaikan salam dari Rabbnya dan dariku !. Berikan kabar gembira untuknya dengan sebuah rumah dari kayu di Jannah, yang tidak ada kegaduhan dan kesusahan di dalamnya.”
Sosok yang ideal dari seorang muslimah penopang iqomatuddien, yang pernah di lahirkan Ummat ini yang tidak mungkin tercetak lagi sosok seperti itu. Akan tetapi minimal bisa menjadikan suri tauladan dan contoh bagi para muslimah yang telah berazam untuk mengikuti jejak Rosulullah dalam iqomatuddien ( walaupun berapa persennya, yang penting tindakan nyata yang di butuhkan ).

Marilah kita mereguk mata air keteladanan ini, supaya hati ini menjadi kuat dan bermental ulet ( tidak mudah mengeluh dengan keadaan di lapangan dakwah  ). Sehingga harapannya bisa selalu mendampingi perjuangan sang suami, memudahkan dan membantu seluruh urusan sang suami yang ia mampui. Bukan sebagai penghambat jalan. Semua itu kembali pada diri masing masing yang bisa mengukur kemampuan masing masing. Dan manfaatnya juga akan kembali kepada diri kita masing masing ( jika kehidupannya berorientasikan akherat ) .  Serta semuanya haruslah di bangun dari kesadaran, kontinuitas dan tidak bersikap isti’jal.
Wallahu a’lam bish showab.      



Share this video :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Re-Designing Website | Abu Salwa
Copyright © 2015. Pojok Islamiyah - All Rights Reserved
Template Re-Designed by Abu Salwa Published by Pojok Islamiyah
Proudly powered by Blogger