" Bagi Seorang Pegiat Amal Islami Hidup Adalah Sebuah Pilihan, Sadar Akan Tanggung Jawab Itu Yang Di Tumbuh Kembangkan "
Ibarat sebuah
tangga, seorang muslimah harus demikian di dalam menapaki setiap perannya dalam
kehidupan ini. Satu peran yang menuntutnya untuk dapat berkontribusi secara
aktif dalam perjuangan iqomatuddien hari ini.
Tentunya setiap
anak tangga memiliki tuntutan yang berbeda beda, akan tetapi kewajiban asasi
yang mendasarinya tak pernah berubah, yaitu senantiasa memperbaiki diri sendiri
dan menyeru orang lain untuk beribadah kepada Allah saja. Inilah kewajiban yang
paling mendasar dan pokok dalam dakwah dan iqomatuddien.
Sepanjang hayat
masih di kandung badan, nafas yang mengalir dalam diri seorang muslimah (
pegiat amal Islami ) haruslah nafas pergerakan dalam rangka menghambakan
dirinya dan setiap manusia pada umumnya untuk memurnikan setiap bentuk
perbadatannya hanya kepada Allah Azza wajalla saja. Disana tidak ada kata lelah
dan istrirahat untuk itu, karena hakekat istirahat adalah sebuah kelalaian,
sebagaimana yang di katakan oleh Imam Sayafi’i rokhimahullah mengingatkan ummat
ini akan kecenderungannya.
Bahkan setelah menikah dan berkeluargapun, kewajiban itu
semakin di kukuhkan
Melalui Firman
Allah :
Kini seorang muslimah tidak lagi sendirian setelah
memasuki gerbang pernikahan. Sudah ada sang suami yang telah menggenapkan
separuh dari diennya. Berharap azam dalam dakwah dan beriqomatuddiennya
semakin kuat dengan komitment dan kebersamaan.
Memulai dan
menapaki kariernya sebagai seorang muslimah yang sebenarnya. Bersama sama
menegakkan satu keluarga muslim yang
ideal ditengah tengah gempuran budaya dan peradapat Barat yang selalu ingin
melindasnya.
Ya, saling
bahu membahu antara sang suami dan istri dalam membangun tunas tunas baru peradapan, saling menyempurnakan tugas
dan kewajiban masing masing menurut syare’at Islam yang adil dan sempurna.
Backup bagi Sang Suami
Tidaklah berlebihan
kiranya jika di sebutkan, bahwa di balik setiap laki laki yang besar pastilah
ada seorang wanita di belakangnya yang sedikit banyak memberikan kontribusi. Ada satu peran penting
yang di mainkan oleh seorang wanita dalam mendukung kebesaran namanya. Apapun
profesinya, apapun bidangnya, dan apapun kehebatannya.
Mereka ( para
laki laki ) tak mungkin melaju kedepan sedemikian rupa dengan sendirinya. Didalamnya selalu ada keuletan, kesabaran,
kesetiaan, dukungan, pengorbanan dan do’a seorang ibu atau seorang istri
baginya.
Setiap orang
yang telah menikah pastilah merasakan betapa ia membutuhkan akan keberadaan
seorang istri di sisinya. Yang demikian itu Allah Azza Wajalla telah menegaskan
di dalam Firman-Nya:
" Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." ( QS: Ar Ruum 21 )
Kecenderungan fitrah ini
merupakan satu karunia Allah Ta’ala yang sangat besar yang harus kita
syukuri. Satu karunia yang tak mungkin
tergantikan dengan yang lainnya. Karunia
yang menjadikan kehidupan seorang muslim jadi penuh warna dan semangat hidup (
walaupun banyak beban hidup sering menghimpitnya ). Sehingga tak mengherankan,
jika seorang wanita dapat memenuhi seluruh multi peran dan fungsinya itu bisa
melampaui seluruh perhiasan dan kenikmatan yang ada di dunia ini.
Rosulullah Shallahu ‘alaihi Wassalam bersabda :
“ Dunia adalah perhiasan, dan
sebaik baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah.” ( HR. Muslim )
Ada sebuah rahasia
yang lain mengenai peran seorang istri yang tersirat dalam ayat ayat-Nya. Yaitu kata ‘ taskunu ‘ dalam Al Qur’an hanya
kita jumpai ( selain ayat diatas ) pada ayat ayat berikut yang kesemuanya
berbicara mengenai malam, yaitu :
" Dialah yang
menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan)
siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
mendengar." ( QS: Yunus 67 )
" Dan karena rahmat-Nya, Dia
jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan
supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu
bersyukur kepada-Nya. ( QS: Al Qashash 73 )
" Allah-lah yang menjadikan
malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang
benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan
atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." ( QS: Al Mukmin
61 )
Maha suci allah yang telah
menjadikan malam sebagai waktu untuk istirahat. Yang tersirat dalam ayat ayat
diatas. Bagaimana seharusnya seorang
istri bisa memberikan ketenangan malam bagi sang suamiuntuk beristirahat dari
segenap kelelahannya, kegundahan dan permasalahan yang dihadapinya. Inilah
seharusnya yang ideal bagi seorang wanita dalam multi perannya sebagai seorang
istri.
Menjadi backup bagi sang
suami di seluruh medankehidupan dan perjuangannya.
Dalam realitas kehidupan
seorang mujahid, seorang istri harus menyadari benar konsekwensi jalan yang
akan di tempuhnya ( demi meraih kecintaan dan keridhoan alah semata ). Sehingga
ia tidak berangan angan sesuatu yang mustahil diraihnya ( berangan angan memang
di bolehkan, akan tetapi yang di larang adalah panjang angan angan ). Dan
implikasinya, ia bisa mengambil peran dan memberikan kontribusi yang tepat dan
terbaik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya serta bersungguh sungguh.
Suaminya bukanlah seperti
suami kebanyakan yang bekerja, pergi pagi hari pulang sore hari, membawa rizki
dunia, yang selalu ada setiap saat disisinya, bercengkrama setiap hari dalam
sebuah rumah yang nyaman , serta berangan angan lainnya yang mungkin sempat
menyelinap dalam hati dan pikiran manusiawi seorang istri pada umumnya.
Jauhkanlah pikiran angan
angan itu, yang membuat kita menjadi lemah dan pengecut dalam menapaki
kehidupan ini ( jika kita telah berazam untuk menapaki kehidupan ini sebagaimana
yang di tapaki oleh generasi awal ummat ini )
Kemulyaan diraih bukan dari
seberapa besar kenikmatan dunia yang dapat kita nikmati, bahkan dunialah yang
kebanyakan menjadi penghalang terbesar bagi seorang mukmin pegiat amal Islami
untuk menapaki jalan kemulyaan yang ia cita citakan (jalan jihad fie sabilillah
dengan segala komponen komponen pendukung di dalamnya ). Akan tetapi kemulyaan
itu di raih dari seberapa besar pengorbanan yang telah kita berikan untuk
meraih keridhoan dan kecintaan Alah demi
kemulyaan dan kejayaan Islam dan kaum muslimin, sampai seluruh hukum
Allah tegak di muka bumi di dalam menghukumi setiap manusia dan seluruh manusia tunduk atas seluruh hukum
hukum Allah tersebut. Jika hal itu belum terwujud, maka perjuangan dan pengorbanan
masih terus berkelanjutan hingga seorang mukmin pegiat amal islami itu menemui
Al maut.
Ummul Mukminin, khadijah r.a
adalah sesosok wanita backup terbaik bagi kelangsungan dakwah dan perjuangan
Rosulullah SAW di awal bi’tsah ( kerasulan ). Kepercayaan beliau yang sangat,
dukungan penuhnya dengan seluruh jiwa dan raga bahkan hartanya juga tak segan
segan di berikan demi perjuangan Rosulullah SAW, perlindungannya, perasaan aman
dan tentram yang beliau hadirkan di tengah kegundahan dan ketakutan Rosulullah
SAW saat pertama kali menerima wahyu. Juga solusi nyata yang beliau berikan
dengan mengajak Rosulullah SAW menemui anak pamannya, Waroqoh bin Naufal,
adalah sebuah kenangan tersendiri bagi Rosulullah yang tak mudah untuk di
lupakan dan tergantikan begitu saja, sehingga pernah Aisyah r.a sangat cemburu kepadanya.
Oleh sebab itu pula Jibril
menyampaikan salam untuknya. Abu Hurairah berkata; “ Jibril dating kepada Nabi
Shalallahu ‘alaihi Wassalam dan berkata,” Khadijah akan dating kepadamu membawa
lauk,makanan atau minuman. Jika telah dating, sampaikan salam dari Rabbnya dan
dariku !. Berikan kabar gembira untuknya dengan sebuah rumah dari kayu di
Jannah, yang tidak ada kegaduhan dan kesusahan di dalamnya.”
Sosok yang ideal dari seorang
muslimah penopang iqomatuddien, yang pernah di lahirkan Ummat ini yang tidak
mungkin tercetak lagi sosok seperti itu. Akan tetapi minimal bisa menjadikan
suri tauladan dan contoh bagi para muslimah yang telah berazam untuk mengikuti
jejak Rosulullah dalam iqomatuddien ( walaupun berapa persennya, yang penting
tindakan nyata yang di butuhkan ).
Marilah kita mereguk mata air
keteladanan ini, supaya hati ini menjadi kuat dan bermental ulet ( tidak mudah
mengeluh dengan keadaan di lapangan dakwah
). Sehingga harapannya bisa selalu mendampingi perjuangan sang suami,
memudahkan dan membantu seluruh urusan sang suami yang ia mampui. Bukan sebagai
penghambat jalan. Semua itu kembali pada diri masing masing yang bisa mengukur
kemampuan masing masing. Dan manfaatnya juga akan kembali kepada diri kita
masing masing ( jika kehidupannya berorientasikan akherat ) . Serta semuanya haruslah di bangun dari kesadaran,
kontinuitas dan tidak bersikap isti’jal.
Wallahu a’lam bish showab.
0 komentar:
Posting Komentar