Subscribe: Playlist Abu Rusydan
Photobucket HUmvee2 Photobucket

Sparkline

Home » » Amar Ma’ruf Nahyi Mungkar Dalam Rumah Tangga

Amar Ma’ruf Nahyi Mungkar Dalam Rumah Tangga




P ergaulan yang terkecil dalam hubungan antar sesama manusia ada dalam sebuah keluarga atau sebuah rumah tangga. Sebuah hubungan yang di bangun dengan satu tujuan yang sangat besar dan mulia, yang menjadikan seluruh cita cita dan satu harapan di dalam kehidupan seluruh manusia tanpa terkecuali. Allah Azza Wajalla berfirman menjelaskan hal ini:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” ( QS: Ar Ruum 21 )

Terkadang sebuah cita cita yang sama ( rumah tangga yang sakinah mawaqddah, warokhmah ) tidak selalu menunjukkan jalan yang sama antara suami dan istri untuk bersama sama menggapainya. Bahkan jalan yang sama pun ( menapaki kehidupan berrumah tangga yang tenang lagi di ridhoi Allah ) belum tentu memberikan satu rasa yang sama pula ( seluruh anggota keluarga ).
Ada banyak hal yang datang tak terduga dan mengejutkan dalam berhubungan berinteraksi antara sesama manusia satu dengan yang lainnya.
Sayyid Quthb berkata: “ Kehidupan manusia akan terasa kenikmatannya dan manisnya, manakala hal hal yang selalu mengejutkan dan tak terduga datangnya itu mengalir bersama gelombang dan arusnya, menyelami rahasia dan keagungan-Nya, serta menyerahkan dan mengorbankan seluruh yang kita miliki demi tegaknya kalimat Allah yang haq dimuka bumi.”

Satu hal yang harus selalu di sadari adalah bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kesulitan demi kesulitan demi kesulitan sampai dirinya bertemu al maut. Dirinya berjalan di atas derasnya ujian Allah. Keluar dari taqdir Allah dan masuk kepada taqdir Allah yang lainnya, begitu seterusnya dan berulang ulang serta Allah memberikan bentuk ujian ujian itu tiap tiap manusia berbeda beda kadarnya. Akan tetapi di tengah tengah itu Allah sedikit memberikan satu kegembiraan buat manusia.

Seorang pekerja di suatu perusahaan ( misal ) yang menerima gaji bulanan ( 2 jt perbulan misal ), maka ia bekerja pada hari pertama sampai hari terakhir ia bekerja ( menerima gajian ) ia kerja dengan penuh kesungguhan. Dirinya berusaha memenuhi tata aturan yang ada di perusahaan tempat ia bekerja itu. Panas, kehujanan, rasa penat, capek sering kali menghampirinya, akan tetapi hal itu tidak ia hiraukan demi gajian yang hendak di raihnya.
Akan tetapi pada saat ia menerima gajian ( yang hanya beberapa menit saja ) seakan akan rasa yang ia tahan selama sebulan penuh itu hilang begitu saja, berganti dengan satu kepuasan. Walaupun setelah ia menerima gajian ia kembali pada rutinitasnya seperti biasa. Hal itu berulang ulang dari tahun ketahun.

Begitu pula dengan kehidupan seorang mukmin para pegiat amal Islami di dalam menapaki kehidupannya. Seharusnya dirinya itu sadar, bahwa hidupnya telah tergadaikan dengan dien ini ( ikut tata aturan yang telah Allah tetapkan ).
Hal yang mustahil dapat di capai, apabila kita hidup bersama dalam mengarungi bahtera  kehidupan berrumah tangga ( sekup terkecil dalam berinteraksi dengan manusia ), ingin meperjuangkan iqomatuddien di dalam rumah tangganya ( berusaha agar kehidupan rumah tangganya sesuai dengan rel rel syareat ) dan melebar di seluruh permukaan bumi, akan tetapi tanpa di dasari saling memberi ( feedback atau umpan balik ), saling nasehat menasehati dan beramar ma’ruf nahyi mungkar antara suami, istri anak anak, dan juga seluruh anggota keluarga yang lainnya ( baik kerabat yang dekat maupun yang jauh ) adalah angan angan yang jauh dari realitas.

Manusia tetaplah manusia dan selamanya, sepanjang kehidupan kita, kita tidak bisa terlepas dari sifat sifat kemanusian yang khas, sifat yang penuh dengan kelemahan, kekhilafan dan kealpaan. Oleh karenanya sudah pas jika Allah jauh jauh hari sudah mengingatkan kepada manusia ( setiap individu ) terutama para pegiat amal Islami untuk saling ingat mengingatkan, sebagaimana Firman-Nya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” ( QS: At Taubah 71 )

Pada ayat tersebut sebagai satu peringatan keras agar tidak seikap individualistis atau sombong dengan kekuatan yang dimilikinya. Lebih lebih bagi para pegiat amal Islami yang menginginkan tegaknya syareat Allah di muka bumi. Saling mengisi dan melengkapi celah celah kekurangan masing masing dan menutup serapat rapatnya celah celah perpecahan.
Sang Istri mengingatkan suaminya ketika lemah dan mendorongnya agar tetap tegar, begitu pula sebaliknya. Memperkecil jurang perbedaan pendapat dan saling memahami antara suami, istri dan anggota keluarga yang lain.
Begitu pula dengan para pegiat amal Islami di lapangan dakwah yang berjuang dalam iqomatuddien. Dirinya perlu dan butuh uluran tangan dan saling mengingatkan orang lain sesama pegiat amal Islami. Para pegiat amal Islami yang bergerak di bidang pendidikan membutuhkan pegiat amal Islami yang bergerak di bidang sosial, dakwah dan bahkan yang bergerak di jalan jihad. Saling mengisi satu dengan yang lainnya. Saling topang menopang dan tolong menolong serta tidak saling membanggakan satu dengan yang lainnya.
Pada QS: At Taubah 71 diatas, Rakhmat Allah akan turun manakala para pegiat amal islami saling tolong menolong satu dengan yang lainnya, mengedepankan amar ma’ruf nahyi mungkar dalam rangka mentaati Allah dan Rosul-Nya.

Jadi jangan mengharap Islam akan tegak di muka bumi dan rakhmat Allah akan turun, manakala para pegiat Islami saling membanggakan diri satu dengan yang lainnya. Yang bergerak di bidang sosial merasa tidak membutuhkan saudaranya yang bergerak di bidang dakwah. Atau yang bergerak di bidang dakwah tidak merasa membutuhkan saudaranya yang bergerak di bidang jihad dan tarbiah.
Centang perenang dan mudah di kotak kotak, sehingga wajar jika Islam hari ini mengalami kemunduran dan Ummat merasa bingung bahkan harta dan darahnya sering terbuang sia sia.

Iman adalah sumber energinya

Keimanan yang benar, lurus, murni ( bersih dari noda syirik dan bid’ah ) dan juga mendalam adalah dasar dari semua aksi dakwah dan amar ma’ruf nahyi mungkar. Sanggup merubah hati yang keras menjadi lembut dan peka. Sedih ketika saudara yang lain terdholimi. Sedih mendengar atau melihat syareat Allah di hinakan, kemaksiatan, kemungkaran dan kedholiman meraja lela. Dengan kesedihan itu menggerakkan seluruh anggota badannya yang lain untuk segera berbuat dan membantunya sekuat yang ia mampui dengan maksimal. Sifat inilah yang telah Allah Tabaroka Wata’ala gambarkan dan menjadi karakteristik istimewa Rosulullah dalam Firman-Nya:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS: At Taubah 128 )

Sebuah keluarga mukmin yang telah menghibahkan hidupnya untuk iqomatuddien ( dalam beragam  amal sholeh ) haruslah memiliki charge iman ini. Yang darinya akan terus menerus melembutkan hatinya dan menjadikan hatinya peka terhadap setiap kemungkaran yang muncul di hadapannya. Akan memacu otaknya untuk berfikir bagaimana cara yang betul betul efektif untuk beramar ma’ruf nahyi mungkar.
Hakikatnya, dakwah dan kecintaan terhadap syareat Allah yang satu ini tidak banyak membutuhkan syarat dan ketrampilan tertentu. Ia hanya membutuhkan satu keimanan yang benar dan mendalam yang dengannya akan menumbuhkan energi ruhiyah untuk mencintai, berkorban dan beramal sholeh untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin demi meraih kecintaan dan keridhoan Allah semata. Tanpa fikir panjang, tanpa banyak pertimbangan yang justru akan melemahkan jiwanya untuk segera beramal sholeh di dalamnya.
Dakwah tidaklah di monopoli oleh para juru dahwah saja yang berada di mimbar mimbar, atau ceramah ceramah keagamaan. Dakwah Islamiyah bukanlah tugas para ustad, atau para juru dakwah saja. Akan tetapi siapa saja bisa berpeluang untuk ikut ambil bagian di dalamnya.

Bagi seorang pedagang, bagaimana ia berdagang agar selalu dalam rel syareat dan berdakwah lewat berdagangnya itu. Yang berprofesi sebagai teknisi ( apapun bentuknya ) begitu pula halnya. Atau hanya sebagai ibu rumah tangga saja, tidak menutup kemungkinan untuk tetap beramar makruf nahyi mungkar. Bagaimana mencetak anak anaknya untuk bisa beribadah dengan benar. Mempersiapkan satu generasi yang siap berjuang untuk Islam.

Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rosulullah Saw bersabda :
“ Bersegeralah kamu sekalian untuk bersegera melakukan amal sholih, karena akan terjadi satu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita di mana ada seseorang pada waktu pagi harinya ia beriman akan tetapi pada waktu sore ia telah kafir, pada waktu sore ia beriman akan tetapi pada waktu pagi ia telah kafir; ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.” ( HR. Muslim )

Pada hadist tersebut sebuah peringatan keras dari Rosulullah Saw bagi para pegiat amal Islami yang nyata nyata berdagang akan tetapi menutupinya dengan berjuang demi Islam dan kaum muslimin. Padahal berjuang adalah satu masalah tersendiri dan berdagang adalah masalah tersendiri pula. Kebanyakan ( sunah dakwah para Nabi dan Rosul ) dalam berjuang meninggikan kalimat Allah rugi dunianya, terasing, di kejar kejar atau di bunuh. Demi mencari penghidupan ia tipu ummat untuk mendukungnya atas nama agama, yang ujung ujung kepentingan perut yang di belanya.

Sudah seharusnya charge iman harus selalu tersedia dalam rumah tangga kita. Setiap saat harus kita on-kan keberadaannya. Karena hakekat keimanan itu naik dan turun dan hati manusia itu dalam genggaman Ar Rakhman yang setiap saat bisa bolak balik ( sebagaimana membolak balikkan telapak tangan kita ). Sedangkan syetan senantiasa menghembus hembuskan keragu raguan di dalam hati manusia.
Umar bin Khattab r.a berkata: “ Pada saat iman kita naik, maka berusahala agar memperbagus amalan amalan wajib kita dan meningkatkan amal amal yang di sunahkan. Akan tetapi pada saat iman kita sedang turun, maka bertahanlah pada hal hal yang di wajibkan.”

Ya ! minimal bagi para pegiat amal islami agar imannya tetap on ada lima hal yang harus di jaga : Sholat lima waktu tepat waktu ( apapun kesibukan kita, kita bisa nomor satukan panggilan sholat ), membaca Al Qur’an setiap harinya ( walaupun hanya 10 ayat tapi kontinyu ), berusaha menegakkan sholat tahajut atau sholat lailnya ( walaupun hanya witir saja ), dzikir pagi dan sore, akan lebih baik lagi jika di tambah dengan memperbanyak shoum sunah.

Mengiltizami amal amal tersebut setiap hari laksana pelita di tengah tengah gelap gulitanya malam, ia juga menjadi kompas yang menunjukkan arah dalam mengarungi samudra kehidupan. Oleh karena musuh musuh Islam ( baik dari jenis jin dan manusia ) tak berhenti melakukan usahanya dalam memalingkan iman dari kelurusan fitrahnya. Sesungguhnya kita berjalan menuju Allah dengan hati, yang mana pohon keimanan tumbuh di dalamnya. Hati yang sehat lagi bersih akan menggerakkan anggota badan yang lain untuk ringan beramal sholeh. Rosulullah bersabda:

“ Perbaharuilah dien kalian !.” ( HR. Tirmidzi no 3522 dan Ahmad 6/294 )

Seorang istri adalah patner bagi sang suami dalam upaya penguatan iman yang utamanya di dalam sekup keluarga. Meski terkecil, keluarga adalah komunitas terpenting bagi suami, istri dan anak anaknya untuk memperoleh charge iman, mentransformasikan ideology serta latian pembiasaan sejak dini dan membentuk karakter dan akhlaq yang baik.
Mungkinkah semua itu dapat terwujud tanpa adanya saling tawashou ( saling menasehati ) dan amar ma’ruf nahyi mungkar dalam rumah tangga kita ??
Allah Azza wajalla berfirman:

“Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” ( QS: Al Baqarah 138 )

Share this video :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Re-Designing Website | Abu Salwa
Copyright © 2015. Pojok Islamiyah - All Rights Reserved
Template Re-Designed by Abu Salwa Published by Pojok Islamiyah
Proudly powered by Blogger