TENTARA MUHAMMAD
“ Dan berapa banyak nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
yang sabar.” ( QS: Ali Imran 146 )
Sesungguhnya benturan antara Al Haq
dan Al Batil akan selalu bertemu dan tetap berkobar. Hal ini telah Allah
tetapkan sebagai satu konsekwensi logis atas tegaknya tauhid di muka bumi.
Tatkala Islam diidentikkan dengan sebuah aksi terorisme, maka hal itu adalah
sebuah tuduhan belaka bagi orang orang yang ingin mencari keuntungan duniawi.
Bahwa aksi terror yang di lancarkan oleh sekelompok kecil dari Ummat Islam,
maka hal itu adalah sebagai bentuk pembelaan terhadap kehormatan dan kemuliaan
Ummat yang telah diinjak injak. Kekuatan pembelaan mereka sangat kecil dan
tidak seberapa di banding dengan aksi yang telah di keluarkan oleh musuh musuh
Islam di dalam menghinakan agama Allah di muka bumi, akan tetapi dengan
kekuatan yang kecil tersebut dapat menggetarkan musuh musuh Islam, dengan satu
bukti mereka di sebut dengan teroris.
Ketika musuh musuh Islam melancarkan
sebuah kedholiman atas negri Islam, maka secara otomatis mereka akan berkumpul
di tempat tersebut. Berkumpulnya mereka itu
Bak lalat lalat yang mengerubuti
makanan. Tak ada rasa gentar dalam diri mereka ( kelompok kecil ). Persifatan
mereka telah tergambar dalam hadist Rosulullah SAW.
“ Akan tetap ada sekelompok kecil
dari Ummatku yang mereka itu mendapat pertolongan. Tidak membuat gentar musuh
musuh yang memerangi mereka sampai hari kiamat. “
Sifat inilah yang sangat lekat pada
diri Thoifah ini. Tidakk ada kamus kalah pada diri mereka, dan tidak pula
gentar di dalam menghadapi musuh musuh Islam. Hidup mereka untuk mencari
kemulyaan, sedangkan mati mereka untuk merengkuh kesyahidan. Program hidup
mereka adalah menyulut api peperangan dan perlawanan terhadap segala bentuk
kekafiran yang ada di muka bumi demi meninggikan kalimat Allah.
Pola hidup mereka berpindah dari satu
ladang jihad ke ladang jihad lainnya. Sedangkan jika ladang jihad itu tertutup,
mereka membuka ladang jihad baru untuk menghidup hidup kan kewajiban akan ibadah jihad fie sabilillah.
Allah Azza Wajalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, barang
siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. “ ( QS: Al Maidah 54 )
Tuduhan Buruk
Tuduhan bagi kelompok kecil yang
terus berjihad di jalan Allah ini sungguh sangatlah buruk. Stempel teroris,
sparatis atau ekstrimis sudah menjadi lontaran yang biasa bagi musuh musuh
Islam, atau bahkan dari tubuh kaum muslimin sendiri yang kurang memahami Islam
dengan benar yang alergi terhadap syareat jihad itu sendiri.
Walaupun di cap dengan julukan
julukan yang buruk sekalipun, namun keadaan seperti iini tidak menyurutkan energi
jihadnya, bahkan energi mereka semakin terpompa.
“Dan berapa banyak nabi yang
berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa.
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai
orang-orang yang sabar.” ( QS: Ali Imran 146 )
Pantang Lemah
Kata Ribbiyyun pada ayat diatas ( Ali
Imran 146 ) adalah Thoifah Manshurah yang mereka itu tidak mengenal lemah dan
lelah. Mereka adalah barisan ‘ulama pejuang ( muwahidin ). Para
mufasirin seperti Baghowi dan muqotil berpendapat mengenai kelompok ini:
“ Tatkala mereka tertimpa musibah,
bencana, luka luka, terbunuhnya orang orang terdekatnya, mereka tidak lemah.
Mereka tetap sabar dengan perintah Rabbnya dan Nabi-Nya serta tetap terus
mengobarkan jihad kepada musuh musuh itu. “
Di dalam menapaki jalan jihadnya,
Thoifah Manshurah benar benar tertuju hanya ke satu jalan, yaitu hanya ridho
dan kecintaan Allah saja. Ketika mereka bertolak hendak pergi berjihad, maka
jihadnya di maksudkan untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi tanpa ada
niat lainnya.
Jihad mereka untuk membebaskan
manusia dari peribadatan sesame hamba menuju kepada peribadatan kepada Allah
saja. Membebaskan manusia dari segala bentuk kedholiman menuju keadilan Islam.
Dari sempitnya dunia menuju luasnya Jannah dan Akherat.
Berperang di jalan Allah adalah
setiap pertempuran yang bertujuan untuk meninggikan dan supaya tegak serta
berjalan hukum hukum atas manusia di muka bumi, sedangkan peperangan yang
ditujukan selain itu di sebut berperang di jalan thoghut. Sebagaimana sebuah
hadits yang di riwayatkan Abu Musa Al Asy’ary:
“ Datang seorang sahabat Nabi SAW dan
dia berkata: “ seseorang berperang untuk dikanal, untuk mencari ghonimah, dan
untuk mengetahui derajadnya, maka mana diantara mereka yang fie sabilillah? “
Nabi bersabda: “ Barang siapa yang berperang untuk memuliakan kalimat Allah,
maka dia fie sabilillah. “ ( Muttafaq ‘alaih )
Kesimpulan hadist ini adalah Barang
siapa yang berperang di bawah satu bendera ( bendera selain Islam ) atau di
tujukan untuk kemerdekaan suatu kaum, atau HAM, Nasional kebangsaan, maka
mereka adalah kesesatan yang besar. Dan kelompok ini tidak tergolong kedalam
Thoifah Manshuroh, dan terbunuhnya mereka bukan sebagai syuhada sehingga tidak
layak baginya Jannah. Hal inbi di sebabkan niat mereka berperang untuk
memuliakan nama suatu kaum atau kelompok
atau seseorang dan bukan untuk Allah semata. Bersabda Rosulullah SAW :
“ Barang siapa yang berperang di
bawah bendera kelompok, marah karena kelompoknya, atau mengajakm untuk tujuan
kelompoknya, maka terbunuhnya adalah dalam keadaan jahiliyah.” ( HR. Muslim )
Wujud Tentara Muhammad
Barisan ini akan senantiasa ada di
sepanjang zaman sampai datangnya kiamat atau sampai terbunuhnya Dajjal di
tangan Nabi Isa bin Maryam Alais Salam. Artinya estafet perjuangan akan terus
berlanjut. ‘ Brigade ‘ tentara Muhammad akan tetap ada. Tongkat kepemimpinan
akan terus bergulir, dari satu ‘ komandan ‘ ke ‘ komandan ‘ berikutnya.
Sedangkan tugas pokok mereka adalah menjaga dan mempertahankan eksistensi
kehormatan agama Allah di muka bumi.
Memang wujud mereka bisa dikatakan
asing di dalam pola hidup masyarakat hari ini, hal itu di karenakan komiment
mereka atas konsekwensi aqidah.
Rosulullah SAW bersabda :
“ Sesungguhnya permulaan Islam itu
dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana pada permulaannya. Maka
beruntunglah bagi orang orang yang asing. Siapakah mereka wahai Rosululah?
Orang orang yang sholeh ketika manusia rusak.” ( HR. Bukhari )
Dalam riwayat yang lain di terangkan
bahwasanya mereka adalah :
“ Manusia manusia yang sholeh,
sedikit jumlahnya di tengah tengah keburukan manusia yang pelaku maksiatnya
lebih banyak dari pada pelaku keta’atan. “ ( HR. Ibnu Mubarok )
Keberadaan mereka tidak terkumpul
dalam satu paying jama’ah dan tempat yang tetap. Sebagaimana makam para sahabat
Nabi r.a yang tersebar di penjuru dunia, sebagai konsekwensi menghidupkan
syareat jihad fie Sabilillah di muka bumi. Artinya para sahabat r.a ini berawal
dari satu negri ( Madinah ), namun karena tuntutan dan tuntunan dari kewajiban
dakwah dan jihad, maka mereka r.a wafat di medan tugas masing masing.
Satu pertanyaan yang tersisa dari
kita hari ini Jama’ah mana yang hari ini memiliki sifat yang dekat dengan
Thoifah Manshuroh ?
Jama’ah jama’ah yang ada kini yang
tergolong mendekati sifat Thoifah Manshuroh adalah yang memenuhi syarat syarat
thoifah manshuroh itu sendiri. Saya ( syeikh Abdul Mun’im ) yakin bahwasanya
kaum muslimin yang berjihad di Chechnya
dan Afghanistan
adalah bagian dari Thoifah Manshuroh. Insya Allah.
“ Wahai para pemuda
bergeraklah…. Ketahuilah bahwasanya kita akan dimintai pertanggung jawaban di
depan Allah ….. Apa yang akan kita persembahkan untuk kemulyaan dien ini?. “
0 komentar:
Posting Komentar